Sumber :
- ANTARA/Rony Muharrman
VIVA.co.id
- Penguatan dolar Amerika Serikat berdampak kepada nilai tukar rupiah, yang menduduki posisi terlemah kedua setelah ringgit Malaysia. Meski rupiah masih lebih baik dan terkendali dari ringgit, produk ekspor nasional mengalami persaingan ketat dengan produk negeri jiran itu.
Hal itu karena produk Malaysia menjadi lebih kompetitif di pasar ekspor. Harganya lebih rendah akibat pelemahan ringgit. Oleh karena itu, Indonesia harus meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing dengan Malaysia.
Baca Juga :
BPS : Inflasi Juli Tembus 0,69 Persen
Baca Juga :
Rupiah Nanti Data Inflasi Juli
"Depresiasi mata uang memicu persaingan harga. Tapi, kalau mereka melemah dan kita juga melemah, nanti tinggal bermain di kualitas produknya. Ini yang dijaga agar pasar ekspor kita bertahan," ujarnya.
Sasmito optimistis rupiah akan bisa menguat dalam waktu dekat. Akan tetapi, dikatakannya, Malaysia lebih unggul dibanding Indonesia untuk hilirisasi. Oleh karena itu, Indonesia, dia melanjutkan, harus mulai meningkatkan proses hilirisasi.
"Produk turunan lebih banyak mereka. Kalau misalnya kelapa sawit, kita ekspor ke Malaysia, dia lebih ke hilir, kita ke hulu. Jadi, kita harus bisa meningkatkan proses hilirisasi supaya dapat bersaing di tingkat dunia," ucap dia.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Sasmito optimistis rupiah akan bisa menguat dalam waktu dekat. Akan tetapi, dikatakannya, Malaysia lebih unggul dibanding Indonesia untuk hilirisasi. Oleh karena itu, Indonesia, dia melanjutkan, harus mulai meningkatkan proses hilirisasi.