Patimban Subang Dibidik Jadi Kawasan Pelabuhan

Aktifitas Bongkar Muat Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
Sebagian Pelabuhan di Indonesia Akan Diswastanisasi
- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan wilayah Patimban, Subang, menjadi lokasi ideal pengganti Pelabuhan Cilamaya. 

Terminal 3 Beres, Terminal 1 dan 2 Soeta Segera Direnovasi
Pasalnya, wilayah perairan di sekitar Patimban tidak terlalu dipadati area offshore (anjungan lepas pantai) dan kedalamannya sudah hampir memenuhi persyaratan kepelabuhanan.

Menhub Klaim Terminal 3 Bisa Saingi Bandara Tercanggih
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Kemenhub Tonny Budiono menjelaskan, sebenarnya ada enam lokasi pengganti Cilamaya yang terus dikaji hingga sekarang, antara lain Patimban, Bekasi, Karawang, Eretan (Indramayu), Balongan (Indramayu), dan Cirebon. 

Namun dengan berkaca pada pengalaman pembatalan Cilamaya, maka area offshore menjadi salah satu pertimbangan utama dalam penentuan lokasi baru.

“Jangan sampai kejadian lagi seperti Cilamaya yang banyak offshore. Kami mencari risikonya yang paling kecil. Jadi, di sekitar Patimban yang risikonya terkecil. Selain itu, di situ capital dredging-nya juga sedikit, karena kalau banyak, akan membebani pemeliharaannya. Draft (kapal) alaminya sekitar 10 meter (m), kami rencanakan menjadi 14 m draft-nya,” kata Tonny dilansir dari laman Kemenhub, Kamis 1 Oktober 2015. 

Ia mengatakan, salah satu keunggulan Patimban ialah terdapat pelabuhan eksisting di Pantai Patimban yang dikelola oleh unit penyelenggara pelabuhan (UPP) Kemenhub. 

Selain itu, jaraknya dekat dengan kawasan industri di Cikarang, sehingga distribusi barang bisa lebih efisien dari kawasan industri itu. Keunggulan lainnya di Patimban, adalah pemerintah daerah setempat sangat mendukung pembangunan pelabuhan pengganti Cilamaya di wilayahnya.

Tonny memaparkan, secara keseluruhan pihaknya sudah melakukan prakajian kelayakan untuk lokasi pengganti Cilamaya. Saat ini, sedang dituntaskan feasibility study (FS) yang diharapkan rampung pada akhir 2015 ini. 

Pengerjaan FS turut mempertimbangkan segi ekonomi, sosial, dan politik dengan melibatkan Japan International Cooperation Agency (JICA).

“Kami libatkan JICA karena kami studinya tidak dari awal. Kami memakai studi JICA yang lama karena sama, sehingga kami tidak perlu dari nol lagi. Waktu survei pun kami libatkan pihak JICA,” tutur dia. 

Setelah FS rampung, pihaknya bakal segera mengerjakan survei investigasi dan desain pelabuhan (SID) beserta analisis dampak lingkungan (amdal). Sejalan dengan itu, lokasi baru pun bisa ditawarkan kepada investor yang berminat.
 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya