Kemendag Incar Megaproyek Senilai US$164,7 M di Oman

Rupiah Buat Suram Sektor Properti
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) mengincar megaproyek senilai US$164,7 miliar di Oman, Timur Tengah. Produk yang akan disasar adalah material dan konstruksi di negara-negara Timur Tengah.

RI Tolak Kebijakan Kemasan Rokok Tanpa Merek di Australia
Direktur Jenderal PEN Nus Nuzulia Ishak, mengatakan sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk merambah pasar non tradisional, Pemerintah Indonesia tengah mendorong terbukanya pasar ekspor produk building material dan konstruksi. 

Kementerian ESDM Perpanjang Izin Ekspor Freeport?
"Oman sedang melakukan diversifikasi perekonomiannya, lewat pembangunan industri nonmigas dengan meningkatkan infrastruktur transportasi dan logistiknya. Ini peluang yang tengah diincar untuk membuka akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan kedua negara," ujar Nus, di Jakarta, seperti dikutip dari laman Kemendag, Selasa 6 Oktober 2015. 

Bahas Produksi Lada, Enam Negara Duduk Bareng
Upaya tersebut diimplementasikan Kemendag dengan berpartisipasi pada pameran Infra Oman 2015 pada 5-7 Oktober 2015 di Muskat, Oman.

Infra Oman merupakan salah satu pameran building material dan konstruksi terbesar di kawasan Timur Tengah, sehingga diharapkan keikutsertaan Indonesia dapat terus melejitkan ekspor building material ke Oman yang telah tumbuh positif 72,91 persen dalam lima tahun terakhir. 

Selama periode Januari-Juli 2015, terjadi kenaikan drastis ekspor produk building material sebesar 653,32 persen dari US$355 ribu menjadi US$2,67 juta. Kenaikan tersebut, dipicu besarnya permintaan produk other tube/pipe fittings (couplings) dari hanya satu ton dengan nilai US$29 ribu menjadi 11 ton senilai US$571 ribu.

“Beberapa proyek besar Oman yang dapat dimanfaatkan perusahaan building material dan konstruksi Indonesia, antara lain pembangunan rel kereta api, yang akan menghubungkan Oman dengan Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Arab Saudi, dan Kuwait. Selain itu, ada proyek pelabuhan, bandar udara, kawasan industri, gedung perkantoran, dan perumahan,” tutur Nus.

Oman diproyeksikan menjadi pasar kuat di bidang konstruksi. Menurut laporan tahunan survei konstruksi negara-negara kawasan Teluk milik Pinsent Masons, industri konstruksi Oman meningkat sebesar 7,72 persen setiap tahunnya selama periode 2009-2013.



Genjot Ekspor Nonmigas

Sementara itu, Indonesia masih berada di urutan ke-23 sebagai pemasok ke Oman. Selama lima tahun terakhir, tren perdagangan dengan Oman hanya sebesar 2,97 persen dengan nilai US$438,3 juta pada 2014. 

Meski begitu, pada semester pertama 2015 ini, terjadi kenaikan surplus perdagangan sebesar 166,9 persen dari US$28,3 juta di periode yang sama setahun lalu menjadi US$75,54 juta.

“Potensi Oman yang begitu besar perlu menjadi perhatian lebih dan diharapkan partisipasi Indonesia di Infra Oman ini bisa menggenjot ekspor nonmigas Indonesia serta memperluas akses pasar yang lebih besar ke negara tersebut maupun kawasan Timur Tengah lainnya,” ujar Nus.

Secara keseluruhan, Pameran Infra Oman menampilkan produk dan jasa di bidang airport construction, building machines for above-ground construction, building technology, civil engineering, current supply installations, energy generation, energy management, industrial equipment, logistics, rail traffic technology, road construction, dan transport. 

Tahun lalu, Infra Oman diikuti 241 peserta dari 25 negara di atas lahan seluas 8.821 meter persegi, serta dikunjungi 4.132 buyer dari 30 negara. Indonesia akan memboyong 10 perusahaan yang bergerak di bidang building material dan konstruksi. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya