5 Mitos Salah Kaprah tentang Kartu Kredit

1. Kartu kredit bukan digunakan sampai batas limit kredit. Tidak. Limit kredit itu seperti plafon rumah jangan disentuh. Bukan berarti Anda berdiri sampai plafon bahaya banyak yang jatuh kalau terlalu tinggi berdiri di atas meja dll.

Kartu kredit digunakan sesuai dengan anggaran. Katakan anggaran makan dan bioskop Rp1,5 juta maka maksimum itulah pemakaian kartu kredit. Bukan dilepas sampai plafon. Bagaimana Anda membayar?

2. Kartu kredit bukanlah kredit jangka panjang, namun kredit satu bulan. Jadi setelah sebulan harus dibayarkan. Bila tidak, bunganya 10 kali lipat bunga KPR.

Misalnya bunga kartu kredit tiga persen per bulan artinya secara efektif 72 persen per tahun. Bandingkan bunga KPR sembilan persen per tahun.

3. Kredit jangka pendek satu bulan digunakan untuk belanja bulanan. Anggaran belanja satu bulan dibatasi menjadi batas kredit. Jangan kredit jangka pendek digunakan beli pemakaian jangka panjang, misalnya jam tangan bermerek. Akibatnya Anda membayar 10 kali lipat biaya tersebut.

4. Bagaimana bila sudah terjerat bunga rentenir 72 persen kartu kredit? Sehingga Anda membayar seluruh gaji untuk mencicil minimum payment kartu kredit?

Seharusnya gaji Anda bisa melunasi anggaran belanja bulanan bukan? Tapi kalau penggunaan kartu kredit tiga kali lipat gaji maka Anda terjerat bunga rentenir.

Langkah yang bisa dilakukan, bila memiliki KPR lakukan top up kredit KPR untuk melunasi kartu kredit. Misalnya tagihan (beberapa kartu) mencapai Rp50 juta maka cicilan KPR tersebut hanya sekitar Rp700 ribu per bulan. Bandingkan dengan cicilan minimum payment kartu kredit. Ini akan menghemat 10 kali lebih ringan.

5. Bagaimana kalau sudah telanjur? Nasi menjadi bubur. Cobalah cari alternatif utang jangka panjang misalnya agunan sertifikat, atau mintalah bantuan keluarga atau ajukan pinjaman kantor. Ajukan pinjaman kepada BPJS. Sebisa mungkin pindahkan kepada kredit jangka panjang bunga sembilan persen per tahun.