Ingin Adopsi Konsep Hunian Hijau? Perhatikan Ini

Green Building
Sumber :
  • Rumahku.com

VIVA.co.id - Green Building, atau bangunan hijau kerap menjadi perhatian berbagai pihak, tak hanya pengembang, tetapi juga pemerintah.

Hindari Hal Ini Ketika Beli Rumah Pertama Kali

Ke depannya, konsumen akan lebih mengutamakan bangunan yang bisa menghemat cost budgeting mereka. Sedangkan dari sisi pemerintah, green building mampu mereduksi pemakaian energi.

Banyaknya pengeluaran energi yang berlebihan, menyebabkan pemerintah harus menekan energi di wilayah lain, misalnya pemadaman listrik berkala yang terjadi di tiap-tiap daerah. 

Metland Menteng Pasarkan Rumah Tipe Baru
Di lain pihak, pada 2020 mendatang dikabarkan akan menjadi water war/kekeringan, karena banyaknya eksploitasi air tanah yang berlebihan. Satu hal yang mampu menekan semua itu, yakni pemanfaatan konsep green building.

Pengembang Malaysia Garap Properti di Maja Rp11,29 Triliun
Memandang jauh ke depan, Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan Pergub DKI, No. 38 tahun 2012 tentang syarat bangunan yang minimal harus go green, yakni:

- Perkantoran, pertokoan, apartemen, serta bangunan yang memiliki lebih dari satu fungsi dengan luas > 50 ribu meter persegi. 
- Hotel dan sarana kesehatan dengan luas > 20 ribu m2. 
- Sarana pendidikan dengan luas > 10 ribu m2.

Pengembang yang melanggar pun jelas-jelas akan diberi sanksi tidak mendapat izin operasi, atau tidak mendapat izin membangunan, untuk bangunan yang masih dalam tahap pembangunan.



Tapi sejatinya, konsep bangunan hijau tak sekadar menyediakan 30 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH), tetapi juga penghematan energi, mulai dari air, listrik, hingga recycleable waste. Hal lain yang perlu diperhatikan jika ingin mengadopsi konsep bangunan hijau adalah:

1. Pasif desain

Ini merupakan strategi untuk menciptakan kenyamanan dengan mengadopsi rancangan yang pasif energi. Ini berarti, gedung tidak aktif mengeluarkan energi dari dalam.

Contoh sederhananya, untuk mengurangi panas yang masuk ke dalam bangunan agar meminimalisir penggunaan AC, pengembang bisa membuat selubung pada desain gedung, guna menahan panas sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan.

2. Sustainability

Bangunan juga harus memiliki sistem yang berkelanjutan (sustainable), seperti melakukan recycle air kotor menjadi air bersih, menggunakan material yang bisa didaur ulang, serta pemanfaatan limbah dan sampah.

3. Indoor air quality

Udara pada bangunan ruang tertutup seperti gedung yang kerap menggunakan AC, memang kurang baik untuk kesehatan, apalagi bangunan yang seperti ini sangat minim ventilasi.

Meminimalisasi penggunaan freon dan memakai bahan yang tidak bernafas dan merusak lingkungan sangat disarankan. Seperti penggunaan bambu, rotan, katun, wol, hingga pemakaian lem dengan bahan tapioka dan cat berbahan dasar water base untuk menjaga kesehatan udara dalam gedung.

(Rumahku.com)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya