Oso: Indonesia Perlu Mengutamakan Pasar Dalam Negeri

Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta
Sumber :
VIVA.co.id
Indonesia Dukung Sentralisasi ASEAN
- Wakil Ketua MPR Oesman Sapta mengatakan jangan mengecilkan Indonesia dalam masyarakat ekonomi ASEAN. Sebab, Indonesia adalah negara berpenduduk paling besar di antara negara-negara ASEAN lainnya.

Catat, 8 Jenis Pekerjaan yang Dibutuhkan di Era MEA

"Berapa penduduk negara-negara lain di ASEAN? Paling banyak 20 juta jiwa. Berapa penduduk Indonesia? Sebanyak 250 juta. Kita tidak perlu memikirkan masyarakat ASEAN, karena penduduk kita paling besar," kata Oesman Sapta ketika berbicara dalam Seminar Nasional Public Action 2015 bertema "Kesiapan Daerah Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Community" di Auditorim Program Magister Manajemen Universitas Gajah Mada, di Jogjakarta, Kamis 5 Nopember 2015.
Hadapi MEA, Ini Langkah Menkes


Menurut Oesman Sapta, Indonesia tidak perlu memprioritaskan masyarakat ASEAN melainkan mengutamakan pasar dalam negeri. "Kita harus penuhi dulu kebutuhan pasar di dalam negeri dengan barang produksi sendiri. Bila pasar dalam negeri sudah terpenuhi, barulah saya setuju untuk melempar ke pasar ASEAN bahkan pasar dunia," jelasnya.


Kepada mahasiswa dari 10 perguruan tinggi peserta seminar ini, Oesman Sapta mengingatkan untuk mengawal agenda MEA atau ASEAN Community yang mulai berlaku pada akhir 2015 ini dengan rasa kebangsaan. Alasannya, rasa kebangsaan di masyarakat saat ini sudah mulai luntur.


"Rasa kebangsaan saat ini sudah mulai menyusut. Orang lupa dengan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.


Oesman menambahkan rasa kebangsaan ini sangat perlu dimiliki. Dia tidak yakin rasa kebangsaan itu muncul ketika MEA diberlakukan. "Apakah setelah MEA berlaku, masyarakat lantas memiliki rasa kebangsaan? Belum tentu," ujarnya.


Pada bagian lain, Oesman Sapta menyampaikan filosofi 5 S menghadapi MEA atau ASEAN Community. Filosofi 5 S itu adalah strategi, struktur, skill, sistem, dan speed (dan target). "Strategi menghadapi MEA harus jelas. Kita harus memiliki struktur yang baik, ada skill, dan sistem dan speed serta target yang jelas," katanya.


Oesman juga minta kepada mahasiswa untuk tidak terpaku pada teori-teori melainkan harus melengkapi dengan pengalaman (experience). "Mahasiswa yang berhasil adalah mahasiswa yang memilki pendidikan dan pengalaman," ucapnya.


Pembicara lain dalam sesi pertama seminar ini adalah Rahmat Pramono (Duta Besar Indonesia untuk ASEAN) dan Prof Dr Yeremias T Keban (guru besar Fisipol UGM).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya