Sumber :
- Diah Pitaloka/Viva.co.id
VIVA.co.id
- Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa merupakan rantai ekonomi dunia. Berbagai kebijakan yang diterapkan, maupun kondisi perekonomian di ketiga negara maju tersebut mampu memengaruhi ekonomi negara lain.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Baca Juga :
IHSG Diproyeksi Naik, Ini Pendorongnya
Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, meskipun Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar, namun berbagai kebijakan dan dilakukan pemerintah tidak akan memberikan dampak pada ekonomi dunia, layaknya ketiga negara maju tersebut.
Baca Juga :
Lebih Oke Mana, Ekonomi RI atau Brasil?
"Ekonomi dunia saling terkait. Tetapi, kita bukan ekonomi yang besar untuk memengaruhi negara lain. Justru, kita dipengaruhi negara lain seperti AS dan Tiongkok," ujar Wapres dalam sambutannya di acara Indonesia Economic Outlook 2016 Hotel Borobudur Jakarta, Selasa 1 Desember 2015.
Kalla mencontohkan, Tiongkok tengah melakukan reindustrialiasi dengan mengubah impor bahan mentah, menjadi barang jadi untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya yang tengah melambat. Dengan kebijakan ini, tentunya akan memengaruhi sektor komoditas andalan domestik.
"Artinya, kebutuhan nikel dan batubara akan lebih sedikit. Ini akan memengaruhi ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Eskpor kita tidak mudah untuk naik," kata dia.
Menurut Wapres, tantangan ke depannya adalah bagaimana mengubah produk ekspor dalam negeri menjadi semakin berkualitas, dan diminati. Sehingga, Indonesia memiliki produk yang mumpuni, dalam rangka menggenjot perekonomian nasional.
"Ini potensi yang selalu dibicarakan. Kalau bicara kelemahan, Pak Jokowi katakan memang zaman kompetisi tidak bisa dihindari. Artinya, kita harus berbuat lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat," kata dia. (asp)
Halaman Selanjutnya
Kalla mencontohkan, Tiongkok tengah melakukan reindustrialiasi dengan mengubah impor bahan mentah, menjadi barang jadi untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya yang tengah melambat. Dengan kebijakan ini, tentunya akan memengaruhi sektor komoditas andalan domestik.
