Penurunan BI Rate Dipercaya akan Gairahkan Bisnis Properti

Ilustrasi pembangunan rumah.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
Tata Ruang Pemda Bantu Jaga Harga Rumah Murah
- Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, mengatakan selain karena faktor pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diprediksi lebih baik, gairah bisnis properti juga akan disokong oleh faktor penurunan BI rate. 

Harapan BI dari Penerapan 7 Days Repo Rate
Memang, hingga saat ini Bank Indonesia (BI) belum mengambil risiko menurunkan BI rate, walaupun inflasi sudah mendorong atau mengharuskannya.
Tetapi, pemerintah sepertinya belum mau mengambil risiko karena kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang masih bergejolak. 
Mekanisme Pasar Kerek Kenaikan Harga Rumah Murah

“Tetapi saya yakin, BI rate akan diturunkan pada kuartal pertama tahun 2016,” kata Panangian, dikutip dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 13 Januari 2016.

Dia menuturkan, BI rate seharusnya bisa turun hingga di bawah 7 persen. “Idealnya 6,5 persen,” ujarnya. 

Namun, katanya, kemungkinannya akan menurun secara gradual atau dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen pada kuartal I-2016. 

“Perkiraan saya kuartal I-2016 turun menjadi 7,25 persen, dan secara bertahap terus menurun hingga mencapai nilai ideal sebesar 6,5 persen," tuturnya. 

Dia menjelaskan, bila berjalan sesuai harapan, maka suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dipastikan turun mengikuti BI rate. 

“Suku bunga KPR saat ini yang paling murah tercatat sebesar 8,88 persen. Nah, dengan adanya penurunan BI rate, suku bunga KPR diharapkan bisa turun hingga mendekati 7,5 persen, atau di bawah 8 persen,” katanya.
 
Dia mengatakan, penurunan suku bunga KPR akan mendorong kenaikan penjualan sektor perumahan, apartemen, ruko, dan rukan. Panangian mengungkap bahwa sub sektor perumahan dengan harga di bawah Rp500 juta akan mendominasi pasar perumahan. 

“Pasar apartemen juga akan didominasi oleh segmen harga di bawah Rp800 juta. Segmen ini akan menguasai hingga 70 persen pasar properti tahun 2016,” paparnya.

Menurut Panangian, bisnis properti baru kembali berkembang. Meskipun pasar masih menyimpan daya beli, tetapi keputusan pembelian properti akan lebih selektif untuk proyek-proyek yang memberikan aspek fungsional, bukan sebagai spekulasi. 

"Dengan kata lain, pasar yang bergerak akan lebih dominan di segmen perumahan menengah ke bawah," tambahnya.  (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya