Menteri Hanif: Pekerja RI Kalah karena Tak Bersertifikat

Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim
VIVA.co.id
Retribusi Perusahaan Pengguna Tenaga Kerja Asing Naik
- Dalam ‎menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia tak cukup hanya memiliki kemampuan. Tapi juga harus memiliki sertifikasi dalam pengakuan keahlian, agar dapat bersaing dengan SDM negara-negara di ASEAN. 

Indonesia Dukung Sentralisasi ASEAN
Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri mengungkapkan, tenaga kerja RI saat ini lebih rendah daya saingnya karena masih sedikit yang memiliki sertifikasi profesi dan sedikit mengenyam pendidikan formal. 

Industri Makanan Kemasan Jawara di ASEAN
"Memang relatif rendah kalau dilihat dari sudut pandang pendidikan formal. Tetapi, kalau kemampuan, kita enggak kalah," ujar Hanif dalam diskusi bertajuk Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Isu Ketenagakerjaan, Selasa 19 Januari 2016.

Ia menyampaikan, sertifikasi yang dilakukan di Indonesia selama ini kerap berbelit-belit. Hanif mengaku pihaknya akan mulai serius dalam mempermudah proses sertifikasi tenaga kerja yang ada di Indonesia. 

"Kita perlu membuat sertifikasi itu aksesibel, akses harus kita perbesar, sertifikasi profesi ini hendaknya jangan dijadikan beban, agar menjadi perhatian di semua sektor, sertifikasi profesi teknik misalnya, masak harus ke Jakarta. Kalau terkonsentrasi ke Jawa semua, kan gawat," tambahnya.

Hanif menambahkan, dari 7,5 juta penduduk Indonesia yang menganggur, sebanyak 90 persen yang menjadi pengangguran adalah di tingkat SD ke bawah. Menurutnya, masalah tingkat pendidikan dan sertifikasi memang adalah‎ hal yang menjadi fokus pemerintahan ke depan.

‎"Penduduk Indonesia, rata-rata kalau enggak salah kelas 2 SMPlah, Indonesia yang paling banyak. Jadi, salah satu shortcut-nya adalah pelatihan kerja, bagaimana bisa masuk ke pasar kerja. Orang kita ini sangat baik dari segi kemampuan, tetapi apakah kemapuan itu diakui atau tidak, itu yang akan kita selesaikan," tuturnya. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya