Kemenristek: Warsito Punya Nasionalisme Tinggi

Akun Facebook Warsito P Taruno
Sumber :
  • Facebook/Warsito Purwo Taruno

VIVA.co.id – Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) yakin penemu Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker, Warsito Purwo Taruno, tidak akan hengkang ke luar negeri.
 
Diketahui, Wasito beberapa waktu lalu menggelar pelatihan di Warsawa, Polandia, Setelah menggelar pelatihan di Polandia, ilmu teknologi antikanker Warsito sudah ditunggu-tunggu di Kanada, AS, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi sampai India.
 
“Saya ngelihat Warsito itu punya komitmen nasionalisme yang luar biasa,” ujar Dirjen Pengembangan Riset Kemenristek Dikti, Muhammad Dimyati di Gedung Dikti, Jakarta, Jumat 19 Februari 2016.
 
Dimyati menceritakan, sewaktu Warsito belum kembali ke Tanah Air, peneliti teknologi antikanker itu sempat ditawari oleh profesor di Amerika Serikat untuk mengembangkan teknologi ECCT dan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) untuk diagnosa kanker temuannya. Warsito, kata Dimyato, diiming-imingi lahan yang begitu luas dan anggaran tak terbatas.
 
Namun, saat itu, kata Dimyati, Warsito enggan untuk mengembangkan teknologinya di negeri Paman Sam tersebut.

Anak Kanker Tak Bisa ke RS Karena Pandemi, Ini Penanganannya

“Kalau saya membuat bintang, atau satu bintang di AS, bintang saya tidak akan bersinar, karena di AS terlalu banyak bintang. Tetapi, kalau saya membuat satu bintang di Indonesia, itu akan bersinar dan bermanfaat buat Indonesia,” ujar Warsito diceritakan Dimyati.
 
“Akhirnya dia pulang, dan dia mengembangkan apa yang sekarang dilakukan di Indonesia, nasionalismenya luar biasa. Saya kira kok, saya menyaksikan,” ucap Dimyati.
 
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenrsitekdikti) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kini masih dalam proses evaluasi terhadap dua teknologi antikanker milik Warsito tersebut. Beberapa waktu lalu, Menristekdikti, Mohamad Nasir menyatakan evaluasi tersebut bisa rangkum dalam waktu dua bulan. (asp)

penyakit kanker

Tak Perlu Keluar Negeri, Indonesia Kini Punya Terapi Kanker Gunakan Teknologi Tenaga Nuklir

Kanker merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di seluruh dunia. Di 2018 kasus kan meningkat 28 persen di Indonesia. Pada 2021, lebih dari 2 juta kasus

img_title
VIVA.co.id
19 Oktober 2022