Walau Kecewa, Menristek Takjub dengan Gerhana Matahari Total

Menristekdikti, Muhammad Nasir, Kamis (5/11/2015)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, mengungkapkan kekagumannya terhadap gerhana matahari total (GMT) yang terjadi kemarin, Rabu, 9 Maret 2016. Hal itu membuka informasi terbaru mengenai fenomena alam yang didapati oleh masyarakat.

9 Temuan Penting Lapan Saat Gerhana Matahari Total

"Menakjubkan sekali gerhana matahari total kali ini. Ini akan memberikan ilmu pengetahuan baru kepada para peneliti dan masyakarat akan gerhana," ujar Nasir ditemui di Gedung D Kementerian Ristekdikti, Jakarta, Kamis, 10 Maret 2016.

Rasa kagum tersebut lantaran Nasir pernah merasakan GMT yang terjadi pada 1983. Tiga dekade lalu, informasi mengenai peristiwa alam langka tersebut sangat kurang sekali. Sehingga, masyarakat dianjurkan untuk tidak melihat secara langung karena dikhawatirkan akan mengalami kebutaan.

Gerhana Matahari Total Indonesia Buktikan Teori Einstein

"Sekarang banyak informasi mengenai gerhana matahari total, sehingga masyarakat dapat aman mengamati fenomena alam itu. Waktu zaman saya, tahun 1983, saya melihatnya dalam baskom yang berisi air," ucapnya.

Pada saat gerhana berlangsung kemarin, Nasir mengaku kecewa karena ia harus berdiam diri di rumahnya, karena lagi tidak enak badan. Untuk itu, ia disarankan untuk menyaksikan gerhana matahari dari rumah.

Gerhana Matahari Total Muncul Lagi Tahun Depan

"Saya dapat undangan ke Palembang, Belitung, Poso. Tapi Poso sudah ada Pak JK (Jusuf Kalla). Saya disarankan untuk tidak terbang dulu. Saya di rumah saja," ujar Nasir.

Seperti diberitakan sebelumnya, GMT di wilayah Indonesia akan terjadi lagi. Berdasarkan hasil pengamatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), GMT akan melintas wilayah Indonesia pada 2023 dan 2042.

Untuk cakupan lintasan GMT 2023 dan 2042 tidak akan seluas GMT 2016 yang berlangsung dari Indonesia bagian barat hingga timur. Pada GMT 2023 hanya akan melintas di wilayah Papua, sedangkan GMT 2042 melewati wilayah Sumatera dan Kalimantan saja. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya