Pemerintah Diminta Batasi Impor Bawang Merah

Pedagang menata bawang merah di kiosnya.
Sumber :
  • ANTARA/Oky Lukmansyah

VIVA.co.id – Petani bawang merah asal Brebes, Jawa Tengah, mengandalkan benih unggul dalam produksinya. Di samping biaya lebih murah, hasilnya juga lebih banyak dibandingkan menggunakan umbi.

DPR Minta Pemerintah Jangan Terlalu Banyak Lakukan Impor

"Kalau menggunakan umbi, biayanya sekitar Rp45 juta per hektare. Namun, kalau menggunakan benih/biji unggul hanya sekitar Rp5 juta," kata Ketua Kelompok Tani Desa sitanggal Kecamatan Larangan Kab Brebes Jawa Tengah, Yus Badruzaman, seperti dikutip dari keterangannya, Selasa 24 Mei 2016.

Yus yang dijumpai usai mengikuti kegiatan seminar dan pameran bertajuk "Financial Inclusion bagi Petani" yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, sebanyak 30 - 40 persen kebutuhan bawang merah nasional dipasok dari Brebes.

DPR: Bawang Merah Tidak Boleh Impor

Yus mengatakan, produksi menggunakan benih unggul juga lebih besar sebanyak 13 ton per hektare dan dalam kondisi optimal bisa menghasilkan 15-20 ton/ha. Sedangkan menggunakan umbi, hanya 12 ton per hektare. Tak heran, jika sebagian besar petani bawang merah di Brebes, saat ini mulai beralih menggunakan benih unggul.

Menurut Yus, salah satu benih unggul bawang merah yang banyak dipergunakan petani di Brebes adalah "Tuk-Tuk" produksi PT East West Seed Indonesia (Ewindo). Namun, untuk menanamnya harus memiliki teknik khusus, agar bawang merah yang dihasilkan tidak terlalu besar..

Harga Bawang Merah Tidak Merata, Ini Langkah Kementan

Kata dia, masyarakat Indonesia lebih suka bawang merah yang tidak terlalu besar. Untuk itu, ada beberapa teknik untuk mensiasatinya seperti waktu tanam bukan saat musim hujan, serta jarak tanamnya dibuat lebih pendek.

“Melalui teknik bertanam yang demikian, membuat benih bawang merah ‘Tuk-Tuk’ lebih hemat dalam penggunaan pestisida, serta produksi lebih banyak,” jelas Yus.

Yus menambahkan, saat ini, Ewindo kembali meluncurkan benih unggul baru bawang merah dengan produksi sudah disesuaikan dengan pasar Indonesia, hanya volumenya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan petani.

Dia mengatakan, awal bertani bawang merah seperti halnya petani di Brebes lainnya masih menggunakan umbi. Namun pada 2007, barulah diperkenalkan bercocok tanam menggunakan benih unggul.

Namun, jelas Yus, seperti halnya daerah produsen bawang merah di Indonesia lainnya, juga mengalami persoalan terkait dengan fluktuasi harga di tingkat petani yang terkadang sangat rendah, sehingga merugikan petani.

"Kalau harga di tingkat petani di atas Rp20 ribu per kilogram, maka petani diuntungkan. Tetapi, kalau sudah mencapai Rp10 ribu per kilogram, atau bahkan di bawahnya, maka petani akan menderita kerugian," kata Yus.

bawang merah.

Cara Pemerintah Jaga Harga Bawah Merah Tak Berfluktuasi

Harga bawang merah fluktuatif, karena umbi bibit berkualitas terbatas.

img_title
VIVA.co.id
8 September 2016