Iklim Usaha Belum Mendukung, Dana Repatriasi PMA Masih Besar

Ilustrasi peningkatan utang luar negeri Indonesia.
Sumber :
  • Halomoney

VIVA.co.id – Meski pada kuartal I 2016, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat, namun angka repatriasi PMA yang tercatat dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang periode tersebut juga mengalami peningkatan.

Revisi DNI, Airlangga Buka 1.700 Bidang Usaha Termasuk ke Asing

Repartiasi adalah pengembalian modal yang disimpan di kantor bank luar negeri atau cabang bank di luar negeri ke bank negara asal.

Data NPI kuartal I 2016, mencatat transaksi finansial pada investasi langsung asing di dalam negeri mencapai US$2,2 miliar, atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,8 miliar. Sementara itu, angka repartriasi investasi langsung mencapai US$4,2 milia,r atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,8 miliar.

Genjot Investasi Pasca Corona, Kepala Bappenas: DNI Bisa Di-Nolkan

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mengungkapkan, lebih rendahnya dana investasi PMA yang masuk dibandingkan besarnya dana repatriasi yang keluar dari Indonesia disebabkan oleh pola musiman dalam berinvestasi yang selalu lebih rendah di awal tahun.

Selain itu, pola investasi PMA yang lebih rendah di awal tahun juga disebabkan belanja pemerintah yang belum maksimal, sehingga belum memberikan daya tarik bagi investasi dalam dan luar negeri. Hal tersebut juga semakin ditambah belum membaiknya kemudahan berusaha di Indonesia.

Agensi Iklan Mulai Dikuasai Asing, Negara Didesak Buat UU Periklanan

"PMA diawal tahun jelas lebih rendah karena mengikuti pola musiman dan dampak belanja Pemerintah, sementara dana repatriasi lebih besar keluar Indonesia bisa disebabkan oleh iklim investasi kurang menarik baik itu kemudahan berusaha, pengadaan lahan, serta izin-izin yang rumit," jelas Josua kepada VIVA.co.id, Senin 6 Juni 2016.

Untuk itu, agar dana repatrasi tersebut dapat kembali diinvestasikan dan PMA semakin meningkat, maka Josua berharap Pemerintah dapat segera mengimplemantasikan seluruh paket kebijakan ekonomi yang telah disampaikan.  

"Kemarin Standard & Poor's belum menaikkan rating, sehingga ikut pengaruhi iklim investasi dalam negeri. Untuk itu, implementasi paket kebijakan sangat diperlukan, ditambah stabilitasi nilai tukar rupiah juga sangat penting," ujar dia.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat sepanjang kuartal I 2016, realisasi investasi mencapai sebesar Rp146,5 triliun, atau meningkat 17,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp126,4 triliun. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya