Lima Kejutan Ekonomi di 2017, Menurut JP Morgan

Kapal yang membawa barang-barang peti kemas ke China.
Sumber :

VIVA.co.id – Sepanjang 2016, akan menjadi tahun yang sulit dilupakan dunia, sebab pada tahun tersebut paling mengejutkan dalam sejarah politik dan ekonomi. Pada 2016, ada Brexit, atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, dan mundurnya Perdana Menteri Italia.

Ibarat Infinity War, Erick Thohir Sebut Dunia Butuh Avengers

Dilansir dari Business Insider, Selasa 27 Desember 2016, tidak stabilnya pasar keuangan dunia sepanjang 2016, juga telah membuat pound, atau mata uang Inggris jatuh ke level terendah terhadap dolar AS, sejak 31 tahun lalu. Dan, tahun ini pasar keuangan AS, justru mencapai rekor tertinggi, sedangkan China terus mendevaluasi renminbi. 

Lalu, bagaimana dengan 2017, ternyata memang sulit juga ditebak, sebab tahun depan akan menghadapi pemilihan umum di Prancis, Belanda, dan mungkin Italia. Selain itu, pada tahun depan, Trump dipastikan dilantik dan tinggal di Gedung Putih, sehingga berpotensi ciptakan ketidakpastian.

Rupiah Melemah Usai Digoyang Postur APBN 2022 dan Ekonomi AS

JP Morgan Asset Management Global Head of Fixed Income, Bob Michele, kemudian membuat beberapa prediksi pasar untuk 2017, yang mungkin bisa berakhir benar dan membuat lingkungan pasar dapat berubah dengan cepat. Prediksi tersebut yaitu:

1. Federal Reserve akan menaikkan suku bunga enam kali

Bank Indonesia Proyeksi Ekonomi Global 2021 Tumbuh 5,1 Persen

Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Janet Yellen.

The Fed menaikkan suku bunganya menjadi 0,75 persen untuk kedua kalinya, sejak krisis keuangan pekan lalu. Dan, Michele mengatakan, untuk 2017, ada potensi kenaikan sebanyak enam kali, karena ekonomi AS terus membaik.

"Sebagai ekonomi AS terus mengumpulkan momentum dan inflasi mulai di atas dua persen, mereka pasti tidak nyaman dengan tingkat bunga Fed yang sangat negatif. Bahkan, bisa enam kali peningkatan tahun depan," tegas Michele

2. Harga minyak naik ke US$75 per barel

ilustrasi sumur minyak mentah.

Michele mencatat bahwa minyak telah mengalami ketidakpastian harga dalam dua setengah tahun terakhir, jatuh dari US$100 per barel, menjadi hanya US$25 per barel, dan sekarang minyak sudah kembali ke US$50 per barel dan diperkirakan tambah lagi US$25 per barel pada 2017.

"Ketidakseimbangan pasokan-permintaan telah diperbaiki dengan turunnya produksi, lalu produksi shale gas menurun dan tidak ada investasi baru yang masuk ke sektor energi. Selain itu, permintaan global juga tak besar, dan hanya di pasar negara berkembang saja meningkat, sehingga itu sudah diperhitungkan," jelasnya.
 
3. Euro akan menguat 15 persen terhadap dolar AS

Euro dan Dolar AS

Dengan euro terjebak di posisi terendah terhadap dolar AS untuk pertama kali sejak 13 tahun lalu, maka pelemahan tidak akan jauh dan jatuh lagi, bahkan Michle melihat ada pembalikan tahun depan.

4. Utang negara berkembang meningkat

Perdagangan global masih akan melambat pada 2017

Utang negara berkembang akan meningkat tahun depan, hal tersebut disebabkan oleh faktor kekhawatiran proteksionis yang dilakukan Presiden terpilih Donald Trump, sehingga membuat China menjadi khawatir.

5. Imbal hasil surat utang 10 Tahun AS akan mencapai 3,5 persen 

Presiden AS Donald Trump.

Surat utang AS telah melonjak pada 2016, untuk tenor 10 tahun di atas 2,5 persen, dan itu yang pertama kalinya sejak akhir 2014, setelah Trump dinyatakan menang. Potensi itu akan kembali naik pada 2017 nanti. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya