Alokasi Subsidi Logistik RI Dinilai Salah Alamat

Diskusi Harga Komoditas Tinggi di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA.co.id – Asosiasi Logistik Indonesia menyebutkan, beberapa faktor yang membuat biaya logistik di Indonesia masih terbilang mahal. Salah satunya adalah alokasi subsidi yang digelontorkan oleh pemerintah belumlah tepat. 

Cara Perusahaan Logistik Maksimalkan Kinclongnya Transaksi E-Commerce

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Masita mengatakan, untuk subsidi Kapal Ternak saja, tidak ada kabar yang menyebutkan penurunan biaya logistik turun lebih besar dari subsidi tersebut. Hal yang sama, lanjutnya, terjadi pada toko tani yang dibentuk pemerintah. 

Menurut dia, subsidi yang dilakukan pemerintah hendaknya lebih kepada subsidi yang bersifat permanen yang mampu menurunkan biaya logistik lebih stabil. 

Resmi Beroperasi, Dua Pusat Logistik Harapan Baru Ekonomi Nasional

"Subsidi yang diberikan pemerintah itu sama semua, jadi begitu subsidi dicabut, selesai, harga naik lagi. Nah, daripada subsidi pelayaran, lebih baik perbaiki fasilitas di pelabuhan, crane-nya dibagusin, itu turn over-nya lebih baik, swasta dan pemerintah tentu dapat menjadi lebih baik," kata Zaldy dalam diskusi di Jakarta, Rabu 8 Februari 2017. 

Lebih lanjut, ia pun mengkritik terkait subsidi tol udara yang digelontorkan pemerintah sekitar Rp300 miliar. Menurut dia, lebih baik jika subsidi itu diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penerbangan, seperti Merpati Airlines yang terbilang 'sakit'. 

Mengungkap Peluang Supply Chain Financing untuk Industri Logistik RI

"Subsidi tol udara Rp300 miliar, kalau dikasih ke maskapai (yang ada) itu habis. Tetapi, kalau dikasih ke BUMN seperti Merpati yang dijadikan maskapai khusus untuk cargo murah, itu bisa berdampak pada harga yang murah," ujar dia. 

Diungkapkannya, masalah klasik yang menyebabkan biaya logistik mahal adalah volume arus logistik antara Jawa dan non Jawa yang tidak berimbang. "Misalnya, kita kirim kontainer ke Sorong (Papua) lebih mahal, bahkan dibanding kita kirim ke Amerika," kata dia. 

Selain itu, penyebab tingginya biaya logistik adalah infrastruktur yang masih belum memadai, hingga pengoptimalan fungsi daripada BUMN. Namun, kata dia, penyebab tingginya harga komoditas lebih kepada faktor supply dan demand. 

"Memang, biaya logistik mengontribusi. Kalau Cabai harganya Rp180 ribu, biaya logistik di bawah Rp90 ribu bisa dikirim. Tetapi, kalau 50 persen ke atas enggak akan bisa," tutur dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya