Batu Bara Diubah Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi

Produksi Batu Bara di Bukit Asam.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA – PT Bukit Asam Tbk menandatangani perjanjian kerja sama hilirisasi batu bara dengan PT Pertamina, PT Pupuk Indonesia, dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Kerja sama ini merupakan bagian dari roadmap holding BUMN industri pertambangan untuk melakukan hilirisasi produk-produknya.

Dengan kerja sama ini, batu bara dari Bukit Asam akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk akhir yang bernilai jual lebih tinggi. Teknologi gasifikasi mengonversi batu bara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik.
 
“Kami ingin menciptakan nilai tambah, mentransformasi batu bara menjadi ke arah hilir dengan teknologi gasifikasi, dengan menciptakan produk akhir yang memiliki kesempatan nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan sekadar produk batu bara,” kata Arviyan Arifin, direktur utama PT Bukit Asam Tbk, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 9 Desember 2017. 

Upaya ini, menurut Arviyan, diharapkan akan semakin menguntungkan perusahaan dan sesuai dengan tujuan jangka pendek holding BUMN industri pertambangan, yaitu hilirisasi.

Setelah penandatanganan perjanjian ini, Bukit Asam bersama Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemical akan melaksanakan Bankable-FS (studi kelayakan), Amdal, dan persiapan pendanaan untuk selanjutnya melakukan proses pengadaan Engineering Procurement Construction (EPC). 

Pabrik pengolahan gasifikasi batu bara juga akan dibangun di Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) yang berada di mulut tambang batu bara Tanjung Enim, Sumatera Selatan. BACBIE akan berada pada satu lokasi yang sama dengan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8. 

Pembangunan pabrik pengolahan gasifikasi direncanakan beroperasi pada November 2022. Produksi pabrik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun, dan 450 ribu ton Polypropylene per tahun.

Dengan target pemenuhan kebutuhan sebesar itu, diperkirakan kebutuhan batu bara sebagai bahan baku sebanyak 9 juta ton per tahun; termasuk untuk mendukung kebutuhan batu bara bagi pembangkit listriknya. 

Energi nasional

Alami Kerugian Rp11 Triliun, Begini Alasan Pertamina

Direktur Utama PT Pertamina, Elia Massa Manik menegaskan bahwa kerja sama ini adalah langkah strategis bagi semua pihak, untuk kepentingan ketahanan energi nasional, dalam pemanfaatan (DME) sebagai bahan bakar, serta pengembangan bisnis petrokimia hasil olahan dari batu bara. 

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia  Aas Asikin Idat mengatakan, kerja sama ini diharapkan memberikan hasil terbaik dalam rangka sinergi antar-BUMN. “Melalui kerja sama ini, industri pupuk berharap dapat memanfaatkan batu bara sebagai pengganti gas dan bahan baku pupuk urea,” kata dia. 

Pertamina Rugi Rp11 Triliun, Ahok Trending di Twitter

Sementara itu, Presiden Direktur  PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Erwin Ciputra menambahkan Polypropylene berbasis batu bara ini dapat membantu Indonesia dalam memenuhi kebutuhan Polypropylene domestik. 

Selain itu, kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi antar-BUMN, dan mampu menciptakan efisiensi dalam industri batu bara, gas, pupuk, dan kimia.

Pertamina Rugi Rp11 Triliun pada Semester I-2020
Gedung Pertamina Pusat

Dalam Tiga Bulan, Serapan Produk UMKM di Pertamina Capai Rp3,5 Miliar

Pertamina tetap komitmen untuk menyerap produk-produk para pelaku UMKM khuususnya dari para mitra binaan.

img_title
VIVA.co.id
10 November 2020