Meski Gedung BEI Ambruk, Perusahaan Ini Tetap Listing di RI

Listing perdana perusahaan konstruksi Malaysia LCKM di BEI.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Perusahaan jasa konstruksi telekomunikasi asal Malaysia, PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM) hari ini resmi mencatatkan saham perdana atau listing di Bursa Efek Indonesia. Pencatatan saham ini tepat sehari setelah musibah robohnya selasar lantai I Tower II Gedung Bursa Efek Indonesia.

BEI Setujui Bentoel Hengkang dari Pasar Modal Indonesia

Meski demikian, saat pembukaan perdana Saham LCKM justru tercatat naik alias tak terpengaruh insiden robohnya selasar kemarin. Adapun Saham LCKM semula di harga penawaran Rp208 per saham naik 104 poin ke level Rp312 per lembar.

Saham LCKM pun ditransaksikan sebanyak satu kali dengan volume sebanyak satu lot dan menghasilkan nilai transaksi Rp31.200.

Buka Perdagangan BEI, Ma'ruf Amin: Ekonomi 2024 Masih Menunjukkan Tanda-tanda Optimisme

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan pencatatan saham perusahaan asal Malaysia ini dapat mempererat hubungan antar negara selain hubungan business to business yang sudah terjalin saat ini.

"Karena perusahaan ini dimiliki investor Malaysia sehingga investornya juga dapat datang ke Indonesia," ujar Samsul di Gedung BEI, Jakarta 16 Januari 2018.

Holding BUMN Jasa Survei Dukung Bursa Karbon di Indonesia, Ini Perannya

LCKM menjadi perusahaan pertama yang tercatat di pasar modal tahun ini. LCKM berencana melepas sebanyak-banyaknya 200 juta lembar saham baru atau setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan setelah Initial Public Offering (IPO).

Di tempat yang sama, Direktur Utama LCK Global Kedaton, Lim Kah Hock menyampaikan keprihatinannya atas musibah yang terjadi di Gedung BEI kemarin. Diharapkan perdagangan di BEI tetap berjalan normal.

"Kami berharap bisa memberikan investasi yang menarik bagi investor dan dapat menjalankan good corporate governance," ujarnya.  

Dijelaskan, dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan sebesar 97 persen untuk modal kerja. Sedangkan sisanya sebanyak tiga persen dilakukan untuk pembiayaan research and development.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya