BI Sebut Era Suku Bunga Rendah di Dunia Sudah Habis

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo
Sumber :
  • REUTERS/Willy Kurniawan

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengungkapkan, saat ini ekonomi global telah meninggalkan era suku bunga murah. Kondisi ini, menurutnya, ditunjukkan dari normalisasi sistem moneter di dunia, khususnya di negara-negara maju terus berjalan, sehingga berdampak juga pada pemberatan ekonomi domestik.

Bank Indonesia: Modal Asing Masuk Rp 22,84 Triliun Imbas Kenaikan Suku Bunga

"Jadi semua sudah memahami bahwa ke depan ini era bunga murah sudah di belakang. Jadi yang ada adalah era bunga yang meningkat," ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Kamis 3 Mei 2018.

Dia menjelaskan, situasi itu dapat didasari dari semakin cenderungnya Amerika Serikat untuk terus menaikkan suku bunganya yang mencapai lebih dari tiga kali untuk tahun ini, dan bahkan juga pada 2019.

PNM Bakal Turunkan Bunga Pinjaman Meski BI Rate Naik, Ini Alasannya

"2019 yang tadinya cuma dua kali naik, mungkin bisa tiga kali atau empat kali, dan juga negara-negara maju lainnya. Jadi pesan saya kalau seandainya terjadi tingkat bunga policy di negara-negara maju yang meningkat, yield dari pada surat utang yang meningkat, tentu mereka juga ingin melihat bagaimana kondisi negara berkembang termasuk Indonesia," ucapnya.

Karenanya, menurut dia, gejolak pasar keuangan global yang terjadi saat ini merupakan hal yang normal. Untuk itu, masyarakat tidak perlu memunculkan adanya kekhawatiran yang berlebihan.

BI Pede Ekonomi RI 2024 di 5,5 Persen Meski Suku Bunga Naik 

"Jadi mohon kita semua tetap positif dan hadapi dengan baik. BI melihat dinamika luar negeri berperan, walaupun di dalam negeri kita juga lihat ada peran di kuartal II kewajiban membayar ke luar negeri yang besar," tegasnya.

Selain itu, kata Agus, Indonesia secara konsisten terus mengarah pada ekonomi rupiah. Di mana setiap transaksi yang menggunakan valuta asing atau valas telah ditinggalkan.

"Kalau dulu 10 tahun yang lalu kita punya transaksi banyak dalam valuta asing. Bahkan yang harusnya tidak menggunakan valuta asing menggunakan valuta asing. Dan kalau pinjam transaksi dalam valuta asing banyak sekali yang tidak melakukan hedging. Nah, sekarang ini semua sudah lebih baik," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya