BI Yakin Penguatan Dolar Hanya Sementara

Nilai tukar Rupiah
Sumber :
  • ANTARA/Zabur Karuru

VIVA –  Bank Indonesia menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menembus Rp14 ribu per dolar Amerika Serikat, merupakan fenomena yang sifatnya sementara.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, perkasanya dolar tidak hanya untuk rupiah saja, melainkan juga terjadi di banyak negara lain.

"Menurut kami sih, volatilitas (rupiah) sementara saja dan (penguatan dolar) dialami oleh berbagai negara," kata Mirza di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa 8 Mei 2018.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Ia menjabarkan, pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS juga dialami oleh negara seperti Filipina, India, Turki hingga Brazil. "Bahkan, negara negara maju seperti Swedia, Norwegia, Australia juga melemah kursnya," tambahnya.

Ia mengambil kesimpulan bahwa negara-negara yang memiliki nilai ekspor impor barang dan jasa yang defisit. Kecenderungan kurs negara tersebut memang akan melemah.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

"Tetapi, enggak usah khawatir. Karena, kalau kita (Indonesia) ekspor impor barang dan jasa defisit memang dan defisitnya agak melebar, tetapi masih pada posisi yang prudent," katanya.

Dia melanjutkan, jika pada tahun lalu, defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) Indonesia berada di angka 1,7 persen terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB), maka pada tahun ini, defisit diperkirakan berada di angka 2,2 hingga 2,3 persen dari PDB.

"Itu masih angka yang sangat prudent di bawah tiga persen PDB. Dan, itu sebenarnya disebabkan oleh kenaikan impor," katanya.

Menurutnya, kenaikan impor itu sebetulnya memberikan kesan positif, karena kenaikan impor yang naik adalah impor barang mentah, barang modal, hingga setengah jadi yang semuanya dibutuhkan untuk produksi.

Di satu sisi, berdasarkan data PDB kuartal I 2018, lanjut Mirza, juga menunjukkan bahwa sektor investasi itu pertumbuhan Indonesia masih tinggi di angka tujuh persen.

"Dan, itu menunjukkan bahwa kenaikan impor itu memang untuk produksi yang kelihatan di sektor investasi dan kontruksi yang meningkat. Jadi, itu nanti akan jadi modal pertumbuhan ekonomi kita ke depan," katanya.

Dia menambahkan, pelemahan rupiah juga lebih dikarenakan pada fenomena eksternal seperti kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed.

"Saat ini, sedang terjadi kenaikan suku bunga Amerika. Dan, tentu kenaikan suku bunga Amerika itu tentu membuat adanya perubahan pergerakan modal di dunia," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya