Jaga Inflasi Tetap Rendah, BI Awasi Harga Beras hingga Daging Ayam

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, untuk menjaga inflasi, masih ada beberapa tantangan besar yang harus dihadapi ke depannya. Meski inflasi pada semester I-2018 rata-rata berada pada level cukup rendah.

Agustus 2022 Indonesia Deflasi, Tapi Ada Komoditas Penyumbang Inflasi

"Perlu menjadi perhatian kita bersama beberapa komoditas inflasi, seperti volatile food yang berpotensi meningkat pada 2018 antara lain beras, daging ayam dan komoditas hortikultura," ujar Perry di Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2018 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis 26 Juli 2018.

Ia menjelaskan, dari sisi eksternal, kenaikan harga minyak dan komoditas pangan global juga dapat berdampak terhadap kenaikan harga pangan dalam negeri. Kemudian, dari sisi domestik, ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi barang juga perlu perhatian bersama pemerintah.

Memotret Lonjakan Harga di Hari Raya Idul Fitri

Oleh karena itu, rapat koordinasi yang dihadiri oleh seluruh kepala daerah ini akan mempertimbangkan cara untuk menjawab tantangan tersebut. Setidaknya ada beberapa hal diupayakan pemerintah ke depannya.

"Pertama bagaimana kita mempercepat pembangunan infrastruktur pertanian, konektivitas serta proses pembebasan lahan di daerah," katanya.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Menurutnya, program pemerintah pusat membangun infrastruktur pertanian maupun infrastruktur distribusi pangan di daerah perlu diberdayakan lebih lanjut termasuk dengan mengoptimalkan Alokasi Dana Desa 2018.

Lalu upaya kedua adalah bagaimana meningkatkan kerja sama perdagangan antardaerah sehingga perbedaan inflasi antardaerah, antarwilayah di Indonesia semakin menurun.

"Inisiasi berbagai cara melakukan kerja sama perdagangan dalam rangka pengelolaan stok pangan antarwaktu perlu terus ditingkatkan," ujarnya.

Kemudian, yang ketiga adalah bagaimana memanfaatkan teknologi informasi untuk memperkuat ketersediaan data dan informasi pangan. "Dalam konteks ini penguatan akurasi data produksi dan stok pangan menjadi prioritas utama untuk mendukung efektivitas perumusan kebijakan," ujarnya.

Lalu yang keempat adalah bagaimana memperkuat sinyal antara kebijakan pusat dan daerah. Hal ini menurutnya sangat penting mengingat kebijakan pembangunan infrastruktur pemerintah pusat perlu didukung pemerintah daerah agar semakin bermanfaat bagi rakyat banyak.

"Jadi bangun desa bersama pemerintah daerah dan pemerintah pusat juga akan mendukung berbagai upaya di bidang ini untuk meningkatkan produksi pangan antara lain melalui pengembangan klaster ketahanan pangan di seluruh wilayah kerja kantor perwakilan Bank Indonesia," katanya.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya terus mendorong kerja sama perdagangan antardaerah melalui pembangunan sentra-sentra pengolahan produk pertanian dan pemasarannya melalui e-commerce. "Selain itu, juga memperluas implementasi hilirisasi klaster pangan unggulan." (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya