Gejolak Politik Turut Lemahkan Nilai Tukar Rupiah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan telah mencermati stabilitas sistem keuangan Indonesia pada kuartal dua tahun 2018 yang membuat nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar. Hasilnya, gejolak global hingga isu politik jadi pemicunya.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

"Dari sisi eksternal, risiko bersumber dari spillover kenaikan lanjutan Fed Funds Rate dan perang dagang antara AS dan mitra dagang utamanya. Dari sisi domestik, menjaga keseimbangan antara defisit transaksi berjalan dan pertumbuhan ekonomi, serta mengantisipasi perkembangan kondisi politik," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani selaku Ketua KSSK, di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 31 Juli 2018.

Terkait kondisi politik yang memengaruhi tekanan terhadap perekonomian maupun nilai tukar rupiah, Sri Mulyani menjelaskan, jelang pemilu memang isu-isu politik dapat dibuat sedemikian rupa hingga berpotensi memengaruhi kondisi ekonomi maupun stabilitas sistem keuangan. Di mana, isu-isu perekonomian yang normal, dikatakannya bisa menjadi tidak normal.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

"Dalam kondisi teknologi bisa sebarkan berbagai isu, kami jaga agar masyarakat tidak terkena spill over atau dampak isu-isu politik jelang pemilu. Jadi kami akan fokus bagaimana jaga stabilitas sektor keuangan sesuai mandat KSSK termasuk apabila dinamika baik yang berasal tensi eksternal, dari ekonomi dan non ekonomi agar dia tidak mempengaruhi sistem keuangan kita agar stabil dan berkelanjutan," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebagai anggota KSSK menjelaskan, saat ini memang nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar Rp14.420 per dolar AS atau melemah 6 persen year to date.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Meski begitu, dikatakannya, pelemahan tersebut masih dipicu oleh sentimen ketidakpastian pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Fed Funds Rate yang semula diperkirakan akan naik sebanyak tiga kali menjadi empat kali.

"Di bidang nilai tukar Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar dalam konteks seperti ini, kami terus melakukan langkah-langkah stabilisasi itu melalui yang kami sebut intervensi ganda baik di pasar valas maupun pembelian SBN," tegas dia.

Meski begitu, Perry mengatakan tekanan nilai tukar rupiah tidak hanya terjadi di Indonesia saja akibat gejolak global tersebut. Namun juga terjadi ke seluruh negara-negara, termasuk negara-negara emerging.

"Rupiah saat ini 14.420 atau melemah enam persen year to date. Kalau dibandingkan dengan negara lain pelemahan ini lebih rendah dibandingkan mata uang emerging seperti Filipina, India Afrika Selatan, Brazil, dan juga Turki," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya