Bank Asal Hongkong Ikut Bantu Inalum Caplok Saham Freeport 

Tambang Grasberg Freeport Indonesia di Papua.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Banjir Ambarita

VIVA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebutkan PT Inalum akan meminjam dana ke 11 bank asing untuk dapat menguasai 51 persen saham PT Freeport Indonesia melalui divestasi. Harga yang disepakati dalam Head of Agreement (HoA) sebesar US$3,85 miliar atau setara Rp55 triliun. 

Pemerintah Bakal Tambah Saham Freeport Jadi 61 Persen, Bahlil Buka-bukaan Pertimbangannya

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan, bank yang memberikan pinjaman adalah Bank Jepang sebagai pimpinan dan Bank Hongkong sebagai salah satu anggota-nya. Namun, Ia tak menyebutkan secara rinci bank tersebut. 

"Ada 11 bank, ada Jepang, Hong kong dan lain-lain," kata Harry dalam diskusi Ngobrol @Tempo di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin 6 Agustus 2018. 

MIND ID Cetak Pertumbuhan Positif di 2023, Simak Rinciannya

Sebelumnya, Harry menyebut bahwa Bank Mitsubishi atau bank asal Jepang yang akan menjadi pimpinan pemberi fasilitas pinjaman tersebut. Adapun alasan Inalum yang lebih memilih bank asing ketimbang BUMN adalah tingkat suku bunganya yang lebih rendah. 

"Kalau bank dalam negeri itu biasanya bunganya lebih tinggi dari luar negeri, justru dengan bank luar negeri dengan bunga yang lebih murah tentunya lebih untung bagi Inalum," ujarnya.

Manajemen dan Serikat Pekerja Freeport Teken PKB, Menaker: Bisa Jadi Contoh bagi Perusahaan Lain

Selain itu, Ia melanjutkan, tidak ada aset Inalum maupun anggota holding seperti PT Antam, PT Bukit Asam dan PT Timah yang dijadikan jaminan. 

"Tidak ada aset Inalum, dan holding, tapi yang jadi jaminan adalah prosit dari proyek itu sendiri," katanya. 

Ia menambahkan, tugas utama dari Kementerian BUMN adalah supaya debt equity BUMN tersebut tetap sehat. Oleh karena bank yang dipilih adalah bank yang menawarkan adalah dengan bunga yang lebih rendah. 

"Kalau memang bank BUMN kompetitif ya kita ok-ok saja dan aslinya memang bank BUMN pun tidak punya alokasi yang cukup besar, intinya secara bisnis bunganya lebih kompetitif," ujarnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya