Topang Nilai Tukar Rupiah, Inalum Bidik Ekspor US$2,51 Miliar

Pabrik Inalum.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Holding Industri Pertambangan RI, Inalum, akan menggenjot ekspor komoditas pertambangan dan produk hilirisasinya pada tahun ini. Hal ini dilakukan demi menopang nilai tukar rupiah dan memperkuat cadangan devisa. 

Rupiah Perkasa ke Rp 16.088 per Dolar AS Usai Rilis Data Inflasi RI

Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pihak holding memproyeksikan penjualan ekspor mineral, batubara dan hilirisasinya sebesar US$2,51 miliar tahun ini atau meningkat sebesar 33 persen dibanding realisasi 2017 yang sebesar US$1,89 miliar. Kenaikan itu disebut terutama akan ditopang oleh kinerja ekspor PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam). 

"Komitmen holding industri pertambangan untuk meningkatkan kinerja ekspor, meningkatkan arus masuk dolar dan memperkuat cadangan devisa negara," kata Budi di Jakarta, Rabu 12 September 2018.  

Rupiah Mulai Perkasa ke Rp 16.205 per Dolar AS, Ini Pendorongnya

Ia juga menegaskan bahwa devisa hasil ekspor yang didapatkan seluruhnya akan ditempatkan di perbankan dalam negeri. "Kinerja ekspor ini sesuai dengan mandat pembentukan Holding Industri Pertambangan untuk menjadi perusahaan kelas dunia," katanya. 

Adapun peningkatan ekspor batubara PTBA diproyeksi mencapai US$829 juta tahun ini dengan mengekspor 12,1 juta ton batubara atau naik 44,6 persen dibanding 2017. Ekspor batubara ini akan dikapalkan ke negara-negara di Asia seperti Tiongkok, India, Thailand, Hong Kong dan Kamboja. 

Rupiah Terpuruk ke Rp 16.265 per Dolar AS

Sedangkan Antam memproyeksikan peningkatan ekspor sebesar 66 persen dari tahun lalu dari US$630 juta menjadi senilai US$1,04 miliar. Proyeksi Antam ini terdiri dari 25 kilo ton nikel dalam feronike, 4,05 wet metric ton bijih nikel, 1,25 juta wet metric ton bijih bauksit dan 12 ton emas. Ekspor Antam terutama dikirimkan ke negara-negara Korea Selatan, Eropa, India, Taiwan, Jepang, Singapura, Hong Kong dan Tiongkok. 

Sementara itu, PT Timah diproyeksikan akan turut menyumbang devisa hasil ekspor senilai US$563 juta dengan mengekspor 28 kilo ton timah ke pasar Amerika Serikat serta ke negara-negara di Asia, Afrika dan Eropa. 

Lebih lanjut, untuk Inalum sendiri, ekspor alumunium ingot tahun ini diproyeksikan mencapai 40 kilo ton, senilai US$79 juta dengan tujuan ekspor ke negara-negara Jepang, Swiss, Singapura, Inggris, Australia, Korea Selatan, Hong Kong, Malaysia dan Belanda. 

Namun begitu, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, bahwa Holding Industri Pertambangan seharusnya sudah mulai menargetkan untuk terus menciptakan nilai tambah ekspor untuk produk hilir. Sehingga daya saing industri tambang RI semakin baik di kancah internasional. 

"Sekarang BUMN, tekanannya bukan hanya peningkatan pasar domestik, tapi juga pasar internasional," kata Rini. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya