Indonesia Properti Expo Digelar, BTN Siap Kucurkan KPR Rp5 Triliun

Dirut BTN MAryono (Tengah).
Sumber :
  • Dokumentasi BTN.

VIVA – Indonesia Properti Expo ke-18 resmi digelar hari ini hingga 30 September mendatang di JCC Senayan, Jakarta. Dalam pameran properti yang digelar PT Bank Tabungan negara tersebut ratusan proyek properti ditawarkan dengan berbagai skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang menarik. 

Melantai di Bursa New York, PropertyGuru Raup Dana Segar US$254 Juta

BTN pun menargetkan kredit baru yang diproyeksi mengalir selama IPEX berlangsung dari adalah sebesar Rp5 triliun, baik dalam bentuk KPR subsidi maupun non subsidi.  Dengan rincian Rp4,5 triliun yang disiapkan untuk mendukung KPR Non Subsidi dan KPR Subsidi sebesar Rp500 miliar.

Direktur Utama Bank BTN, Maryono saat membuka IPEX di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu 2018, mengungkapkan, untuk mengejar target tersebut, BTN menawarkan bunga promo 6,25 persen fixed 1 tahun dan penawaran KPR Zero. KPR Zero untuk memudahkan masyarakat Indonesia memiliki rumah. 

BCA Jor-joran Kasih Bunga KPR dan KKB hingga 2,65 Persen

Melalui produk yang merupakan rebranding dari KPR Easy Payment tersebut, debitur hanya membayar cicilan bunga KPR dengan grace period pokok selama 2 tahun. KPR Zero juga menawarkan pembebasan pembayaran beban pokok. 

“Bunga promo tersebut lebih rendah dibandingkan suku bunga KPR perbankan secara umum yang tahun ini di kisaran  9 persen per tahun, selain itu uang muka juga rendah, sejumlah mitra pengembang yang bekerjasama dengan BTN menawarkan uang muka hanya satu persen,” kata Maryono dikutip dari keterangannya. 

Ekspansi Bisnis di Parepare, BTN Targetkan Salurkan KPR Baru Rp48 M

Dia menjelaskan, IPEX tahun ini diselenggarakan sebagai rangkaian dari kegiatan Hari Perumahan Nasional (Hapernas) yang dirayakan bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 

Karena itu, pada kesempatan yang sama Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Lana Winayanti, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso didampingi oleh Maryono meninjau arena pameran dan menyaksikan akad KPR massal. Akad KPR massal diikuti oleh sekitar 1.000 debitur di seluruh Indonesia, 200 diantaranya dilakukan di saat IPEX berlangsung.

Lebih lanjut Maryono menegaskan, sebagai salah satu Bank Pelaksana untuk program subsidi pembiayaan perumahan dari pemerintah, baik Subsidi bunga maupun Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), BTN pun memberikan kemudahan akses kepada masyarakat terutama kaum milenial untuk memiliki rumah baru.

"Jika tidak sempat ke IPEX bisa berselancar di portal properti kami di www.btnproperti.co.id atau jika ingin rumah seken ada di portal www.rumahmurahbtn.co.id," kata Maryono.

Promosi lainnya selain suku bunga kredit yang terjangkau, dan uang muka yang murah. BTN juga menawarkan pembebasan biaya provisi, administrasi, bebas appraisal, diskon asuransi jiwa kredit 20 persen , simplifikasi dokumen, dan jangka waktu KPR hingga 30 tahun.  

Sejumlah pengembang bahkan menawarkan bebas angsuran pokok selama 2 tahun. Selain dengan promosi dan kemudahan akses KPR lewat laman digital, Maryono menjelaskan, pendekatan Bank BTN untuk kaum milenial juga dilakukan dengan memberikan opsi properti yang menjadi favorit milenial. 

Sekitar 149 pengembang dalam IPEX menawarkan sekitar 730 proyek diantaranya adalah proyek Transit Oriented Development atau TOD. Maryono memastikan BTN berpartisipasi memberikan kredit konstruksi dan Kredit Pemilikan Apartemen untuk proyek TOD milik Perumnas Setelah TOD di Tanjung Barat. 

Bank BTN juga membidik proyek TOD Perumnas di Pondok Cina dan stasiun Bogor. Selain itu Bank BTN membuka sinergi dengan pengembang TOD lain, seperti PT PP Properti Tbk yang akan  menggarap TOD Stasiun Juanda dan TOD Stasiun Tanah Abang, dan juga PT Adhi Karya yang menggarap sejumlah proyek TOD bertajuk LRT City. 

Menurutnya, khusus wilayah Jakarta, hunian vertikal akan makin berkembang. Karena berdasarkan riset Housing Finance Center BTN, kebutuhan rumah di Jakarta dalam 13 tahun mendatang  akan terus meningkat, akhir tahun 2030 kemungkinan backlog menembus sekitar 1,751 juta rumah. 

"Dan kemungkinan akan terjadi defisit karena laju pertumbuhan penduduk DKI yang tinggi namun lahan semakin sempit, rumah susun menjadi pilihan pengembang untuk ekspansi,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya