Tiga Faktor yang Bikin BI Pede Gejolak Rupiah akan Mereda Tahun Depan

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida

VIVA – Bank Indonesia meyakini, tren gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus terjadi pada tahun ini akan mereda di 2019. Rupiah hingga saat ini telah mengalami pelemahan hingga tembus di atas Rp15.000 per dolar AS, atau terus melemah dari posisinya di Januari di kisaran Rp13.400 per dolar AS.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini, dengan melihat sejumlah indikator perekonomian di sektor global maupun domestik, tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada 2019 tidak akan sebesar di tahun ini. Sehingga, rupiah diharapkannya akan stabil di tahun tersebut.

"Saya lihat tekanan nilai tukar tahun depan akan lebih mereda. Tekanan nilai tukar ke depan akan lebih mereda tidak seberat tahun ini," kata Perry di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu, 3 Februari 2018.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Menurut Perry, setidaknya ada tiga faktor yang memperkuat keyakinan tersebut. Pertama adalah kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan hanya akan dua kali, atau lebih rendah dari kenaikan pada tahun ini yang diperkirakan mencapai empat kali hingga akhir tahun.

"Tahun ini kenaikan suku bunga AS kan empat kali, empat dikali 0,25 persen jadi 1 persen. Lalu tahun depan mungkin sekitar dua kali, jadi separuhnya. Ya mudah-mudahan ketegangan perdagangan tak berlanjut. Sehingga, tiupan anginnya tidak sekencang tahun ini," tuturnya.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Kemudian, lanjut dia, faktor kedua adalah aliran modal asing yang keluar pada tahun depan tidak akan sederas sebagaimana tahun ini, akibat dari sudah tidak agresifnya The Fed dalam menaikkan suku bunga acuannya. Sehingga, aliran modal asing tersebut akan kembali ke negara-negara emerging market seperti Indonesia.

"Tahun depan saya yakin ke depan mereka makin banyak tanamkan kembali ke emerging market, termasuk Indonesia sehingga arus modal asing bisa masuk sehingga bisa tutupi kekurangan devisa," ungkap dia.

Dengan kembali masuknya aliran modal asing tersebut, maka Perry meyakini faktor ketiga yaitu defisit transaksi berjalan Indonesia yang saat ini terus mengalami pelebaran akan semakin menyempit. Ditambah, berbagai bauran kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang sangat intens pada tahun ini dapat turut membantu untuk menekan pelebaran defisit tersebut.

"Tiga faktor ini yang sebabkan kenapa kami perkirakan tekanan nilai tukar tak seberat tahun ini. Oleh karena itu, mari kita lakukan langkah-langkah bersama. BI lakukan tugasnya, pemerintah lakukan tugasnya, parlemen lakukan tugasnya, eksportir, dunia usaha lakukan tugasnya, bersama-sama bergandengan tangan memajukan ekonomi kita," ujar Perry. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya