Kenaikan BBM, Antara Popularitas Pemerintah dan Penyelamatan Pertamina

Harga Nozzle Pertamax.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA – PT Pertamina telah menaikkan harga BBM non subsidi di SPBU, khususnya Pertamax Series dan Dex Series, hari ini, Rabu 10 Oktober 2018. Untuk harga BBM jenis pertamax sendiri naik cukup signifikan menjadi Rp10.400 per liter atau sebesar Rp900 dari sebelumnya yang dijual Rp9.500 per liter. 

Daftar Harga BBM Non Subsidi Pertamina Seluruh Indonesia H-1 Lebaran 2024

Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio, mengatakan kenaikan harga BBM non subsidi ini dari sudut panjang kebijakan tidak perlu izin resmi Pemerintah karena mengikuti harga minyak dunia. 

"Secara kebijakan publik di Perpres 191 Tahun 2014, kalau mau menaikkan dia cuma lapor saja ke Dirjen Migas lalu nanti pemberitahuan saja, nanti ke Menteri ESDM, itu yang non subsidi," ujar Agus saat dihubungi VIVA, Rabu 10 Oktober 2014. 

Harga BBM Shell dan BP-AKR Turun, Ini Daftar Lengkapnya

Ia mengakui harga minyak saat ini terus naik, apalagi impor minyak PT Pertamina saat ini menembus 800 ribu barel lebih per hari. Sementara itu, nilai tukar dolar AS terus menguat terhadap rupiah. 

Seharusnya, lanjut Agus, pertalite juga dinaikkan lantaran merupakan BBM non subsidi. Memang diakuinya, salah satu dilema Pemerintah menaikkan harga BBM adalah daya beli masyarakat. Namun, di satu sisi, jika BBM tidak naik, Pertamina bisa kolaps. 

Terpopuler: Harga BBM Non Pertamina Maret 2024, Motor yang Tak Bisa Ikut Mudik Gratis

"Memang daya beli masyarakat sedang turun, nah ini tinggal keberanian politik pimpinan negara saja. Masuk fase pemilu antara menyelamatkan devisa atau demi popularitas," jelasnya. 

Kondisi saat ini, lanjut Agus, memang tak dipungkiri bahwa impor minyak sudah tinggi sekali dan nilai tukar rupiah melemah. Jika Indonesia sudah bisa memenuhi kebutuhan BBM 1,6 juta barel per hari, maka harga BBM tidak perlu naik lagi. 

"Tapi kan hancur semua, impornya tinggi sekali. Kan diupayakan juga oleh pemerintah supaya dolar tidak keluar banyak," katanya.

Ia menjelaskan, pertimbangan daya beli masyarakat saat ini masih dalam tahap masyarakat bisa menghemat pengeluaran. 

"Memang daya beli sekarang, orang masih beli, masih belanja, beli rokok, beli apa. Ya sekarang dihemat, memang situasi begini, ya harus ada yang dikurangi dan yang dilebihkan. Karena kondisi dunia juga begitu," tuturnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya