BPS Punya Cara Baru Paling Akurat Mendata Produksi Beras

Kepala BPS Suhariyanto (Kiri).
Sumber :
  • M Yudha Prastya.

VIVA – Badan Pusat Statistik memperkenalkan metodologi terbaru yang digunakan untuk mengetahui produksi beras nasional, yakni metode Kerangka Sampel Area atau KSA.

Mentan Amran Sulaiman Dorong "Tanam Culik" di Tuban untuk Percepatan Produksi Beras

Metode baru itu dinilai, merupakan solusi dari ketidakakuratan dan perbedaan data yang terjadi saat ini antarinstansi. 

Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, KSA merupakan metode penghitungan luas panen, khususnya tanaman padi, dengan memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Ada El Nino, Mentan Targetkan Produksi Beras 3,5 Juta Ton hingga Akhir Tahun

"Mari kita lupakan masa lalu. Sekarang yang paling penting adalah bagaimana ke depan kita punya data produksi yang lebih tepat, sehingga kebijakan yang dirancang menjadi lebih fokus dan betul-betul tepat sasaran," kata Suhariyanto di kantornya, di Jakarta, Rabu 24 Oktober 2018.

Dia menjelaskan, metode KSA hasil gubahan BPS bersama beberapa lembaga seperti misalnya BPPT, Kementerian ATR/BPN, BIG, serta LAPAN ini, merupakan sebuah metodologi yang berdasarkan ukuran objektif, menggunakan teknologi terkini, serta transparan dan terbuka sehingga siapapun bisa mengeceknya.

Plt Mentan Arief Prasetyo Adi Genjot Produksi Beras 35 Juta Ton Hadapi El Nino

Suhariyanto berharap, dengan metode ini ke depannya tidak akan ada lagi perbedaan data produksi padi dan komoditas lainnya, antara masing-masing kementerian dan lembaga.

"Kalau itu dilakukan, kemudian tidak ada dispute yang hanya akan menghabiskan energi. Karena, kalau dari metodologinya sudah lemah, angka ke depannya pun bisa dipertanyakan. Jadi, kita berusaha objektif, transparan, dan hasilnya bisa diberikan secara up to date," ujarnya.

Berdasarkan hasil survei KSA, luas panen padi di Indonesia periode Januari-September 2018, sebesar 9,54 juta hektare. Luas panen tertinggi terjadi pada Maret, yaitu sebesar 1,72 juta hektare, sedangkan luas panen terendah terjadi pada bulan Januari dengan luas panen sebesar 0,53 juta hektare.

Sementara itu, luas panen padi pada September 2018 sebesar 0,96 juta hektare, mengalami penurunan sebesar 8,56 persen dibandingkan luas panen pada bulan Agustus 2018.

Selain menghitung luas panen pada saat pengamatan berdasarkan fase tumbuh tanaman padi, survei KSA juga dapat menghitung potensi luas panen hingga tiga bulan ke depan.

Berdasarkan hasil survei KSA pengamatan September, potensi luas panen pada bulan Oktober, November, dan Desember masing-masing sebesar 0,53 juta hektare, 0,41 juta hektare, dan 0,43 juta hektare. Dengan demikian, total luas panen 2018 adalah sebesar 10,90 juta hektare.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya