Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi RI 5,2 Persen Sudah Bagus

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi
Sumber :
  • ANTARA/M Agung Rajasa

VIVA – Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia atau LPEM-UI, Febrio Kacaribu menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 bisa 5,2 persen merupakan prestasi yang menggembirakan.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Lantaran, lanjut dia, di tengah kondisi perekonomian global yang terus mengalami ketidakpastian akibat tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral dan pelemahan nilai tukar mata uang global terhadap dolar, termasuk rupiah, merupakan hal yang sulit untuk mempertahankan tren pertumbuhan ekonomi.

"Tetapi, karena memang banyak sekali tantangan, khususnya memang kurs kan berat sekali. Biasanya, memang kalau kursnya melemah begitu, perekonomiannya memang agak tertekan," katanya di Gedung UI, Depok, Senin 12 November 2018

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

"Tapi ternyata, respons dari industri kita, perekonomian kita, tampaknya cukup kuat. Sehingga, kita bisa keluar dengan 5,2 persen untuk 2018 itu cukup prestasi," tuturnya.

Terlebih, kata Febrio, akibat perbaikan ekonomi Amerika Serikat yang terus terjadi, dan kenaikan suku bunga acuan bank sentralnya telah menyebabkan arus modal asing keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Itu, turut menyebabkan arus modal investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) tertekan.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

"Khususnya, kalau kita lihat FDI sangat lemah di 2018, hampir enggak ada dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Nah, 2018 itu hampir tidak ada, jadi memang berat sekali," ucapnya.

Namun, kata dia, investasi domestik dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) masih terus meningkat dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi di 2018 hingga mencapai 5,2 persen.

Hal itu tergambar dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang mencatat PMDN meningkat 30,5 persen atau menjadi Rp84,7 triliun, dibanding kuartal yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp64,9 triliun. Sedangkan penanaman modal asing (PMA), justru turun 20,2 persen atau menjadi 89,1 persen dari Rp111,7 triliun.

"Jadi, memang investasi domestik ternyata cukup merespons. Jadi, investor kita tampaknya cukup melihat peluang, bahwa tantangan ini memang akan stabil setelah 2018," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya