Perpanjang Fungsi Bendungan, Menteri Basuki Pelajari Dam Upgrading

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di Amagase Dam Re-Development Project Tunnel.
Sumber :
  • Dok. PUPR

VIVA – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, pelajari teknologi 'Dam Upgrading' yang sempat dilihatnya, saat mengunjungi dua dam di Jepang, yakni Amagase Dam Re-Development Project Tunnel di Kota Uji, Prefektur Kyoto, dan Bendungan Yamaguchi di Prefektur Saitama, Jepang.

Cek Bendungan di Gorontalo Bareng Rachmat Gobel, Jokowi: Proyeknya Selesai Akhir 2024

Dari kunjungan yang dilakukannya di sela-sela pertemuan 12th High Level Experts and Leaders Panel (HELP) on Water and Disasters Meeting di Tokyo tersebut, Basuki mengaku akan mempelajari bagaimana cara memperpanjang fungsi bendungan, sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintah Jepang.

Sebab, Dam Upgrading ini merupakan solusi bagi sulitnya pembangunan bendungan-bendungan baru, guna menggantikan penurunan fungsi bendungan-bendungan tua, yang kerap terkendala masalah pembebasan lahan.

Menteri PUPR: 61 Bendungan Bakal Rampung di Oktober 2024

“Dari pengalaman Jepang melakukan Dam Upgrading, kita dapat belajar bagaimana mengoptimalkan fungsi bendungan yang sudah ada. Kelebihannya dibandingkan membangun bendungan baru, yakni tidak diperlukan pembebasan lahan, lebih ramah lingkungan, dan waktu lebih cepat,” kata Basuki dalam keterangan tertulisnya, Jumat 30 November 2018.

Bendungan serba guna Amagase dibangun dan mulai beroperasi pada 1964 di Sungai Uji, anak sungai Yodo yang mengalir melintas Prefecture Kyoto dan Osaka di hilir outlet Danau Biwa, yang berfungsi mengendalikan banjir, pembangkit listrik, dan pemasok air baku air minum kota Kyoto dan Osaka.

Bendungan Sungai Runtuh, Rusia Dilanda Banjir Besar hingga Merugi Rp 3,5 Triliun

Di Bendungan Yamaguchi, Basuki mendapat penjelasan bahwa bendungan yang dioperasikan sejak 1934 dengan kapasitas tampung 1,95 juta meter kubik (m3), memiliki fungsi yang sama dengan Bendungan Maruyama yang mulai dioperasikan pada 1924 dan berkapasitas tampung 1,48 juta m3.

Keduanya dibangun untuk menyediakan air baku bagi kota Higashi-Maruyama, Higashi-Yamato dan Musashi-Maruyama di Metropolitan Tokyo, serta Kota Tokorozawa dan Iruma di Wilayah Saitama.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan delegasi di Kanda Tunner, Jepang.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan delegasi di Kanda Tunnel, Jepang. (Foto: Dok PUPR)

Selain bendungan, Basuki dan rombongan juga meninjau Kanda River/Loop Road No.7 Underground Regulating Reservoir yang dibangun untuk meredam puncak dan mengendalikan banjir dengan memanfaatkan ruang bawah tanah di bawah Jalur Jalan Metropolitan Tokyo sepanjang 4,5 kilometer.

Pilihan struktur ini diambil karena sangat sukar dan mahal untuk memperoleh Kolam Pengendali Banjir “biasa di permukaan” pada sungai perkotaan yang mengalir di permukiman padat.
 
Reservoir pengendali banjir dibangun pada kedalaman 50 meter di bawah tanah, berupa terowongan dengan diameter bagian dalam 12,5 meter dan mampu menampung air sebesar 540 ribu m3. 

Reservoir dilengkapi dengan tiga buah Intake yang didesain secara khusus, agar air dapat mengalir masuk dengan lancar (memanfaatkan sistem vortex) di Sungai Kanda, Sungai Zenpukiji dan Sungai Myoshoji, serta adanya Menara Ventilasi Udara untuk menghidari hantaman hidraulik (Water Hammer).

Basuki memimpin Delegasi Indonesia yang terdiri dari Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Dirjen Cipta Karya Danis H. Sumadilaga, Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi, Kepala Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto, Sekretaris Utama BNPB Dody Ruswandi, Direktur Operasi PT. Waskita Karya Fery Hendriyanto, dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya