Distribusi Tak Baik, Beras Busuk Bulog Bakal Bertambah

Petugas memeriksa stok beras di Gudang Bulog Baru Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Lebih dari 6.000 ton beras busuk, ditemukan di Bulog Divre Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Busuknya beras, terindikasi dari tidak berjalannya mekanisme dan tata kelola distribusi beras. 

Sri Mulyani Pede Inflasi Melandai di Kuartal-II 2024 Seiring Turunnya Harga Beras

Selain itu, buruknya distribusi juga menjadi penyebab penumpukan beras di gudang, sehingga mengakibatkan terjadi beras turun mutu atau busuk. Bahkan, sejumlah pakar pertanian memprediksi jumlah beras busuk akan bertambah.

"Kalau masalah menumpuk, artinya selama ini proses distribusi beras belum terlaksana dengan baik. Kalau misalnya Bulog bisa ukur berapa suplai masuk, berapa permintaan, dan kapasitas gudang baik, harusnya sudah distribusikan dan mencegah tumpukan-tumpukan jadi busuk," ujar peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Assyifa Szami Ilman dalam keterangannya, dikutip Kamis 14 Februari 2019.

Mendag Zulhas Buka-bukaan Penyebab Harga Beras Naik di Depan DPR

Karena itu, menurut dia, ke depan diperlukan perbaikan dan peningkatan skema distribusi, sehingga tidak terjadi penumpukan dan pembusukan. Sebab, sangat disayangkan karena beras tidak dapat dipakai lagi.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Bulog, Arjun Ansol Siregar mengatakan bahwa saat ini, ada 6.800 ton beras yang ditemukan di Sumsel dan Babel. Pihaknya bahkan telah melakukan sortasi, agar tidak terkontaminasi dengan beras yang baik.

Bobby Nasution Klaim Harga Beras di Kota Medan Turun

Adapun, beras turun mutu tersebut adalah beras yang tidak untuk disalurkan. Beras tersebut merupakan hasil pengadaan dalam negeri yang berusia lebih dari satu tahun. 

Penugasan untuk pembelian gabah atau beras dalam negeri sendiri, mengacu kepada Inpres 5 Tahun 2015, tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran beras oleh pemerintah.

Selain itu, kebijakan pemerintah yang terus mengurangi pagu Rastra (Bansos Rastra) setiap tahun ke Bantuan Pangan Non Tunai yang tidak mewajibkan beras berasal dari Bulog, ikut memengaruhi perputaran barang Bulog.

Senada, Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas menuturkan, beras busuk yang ada di Sumatera Selatan adalah hal yang biasa terjadi karena mekanisme ‘first in first out’  yang tidak lancar. 

Ia, bahkan memprediksi persentase beras busuk akan terjadi di gudang-gudang Bulog lain di Indonesia. Karena, mekanisme stok masuk dan stok keluar tidak seimbang, terlebih kualitas berasnya buruk.

"Kalau kita lihat, di Thailand itu pernah sampai jutaan ton rusak, akhirnya dijual dengan harga sangat murah, dan sebagian dibuang," ujarnya.

Tak sampai di situ, Andreas juga memprediksi, buruknya mekanisme first in first out ini juga terganggu oleh program pemerintah, yakni Bantuan Pangan Non Tunai. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya