Sri Mulyani Tegaskan Angka Ketimpangan RI Terus Menurun

Ilustrasi kesenjangan di kota besar.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menegaskan, pemerintah akan selalu berkomitmen untuk menekan angka ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur dalam skala gini ratio.

Jurang Ketimpangan Si Kaya dan Miskin Melebar Dipicu Kualitas Penciptaan Lapangan Kerja

Hal itu terbukti dari data per September 2018, di mana tingkat gini ratio turun sebesar 0,007 poin menjadi sebesar 0,384 poin, dibanding pada 2017 yang mencapai 0,391 poin.

"Pemerintah akan terus mengatasi tingkat ketimpangan karena kue ekonomi dan kesejahteraan haruslah terbagi rata antara si kaya dan si miskin," kata Sri Mulyani di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu 27 Februari 2019.

Jurang Ketimpangan Orang Kaya dan Miskin di RI Makin Lebar

Menteri yang akrab disapa Ani itu memastikan bahwa angka gini ratio Indonesia tersebut masih jauh lebih baik, dibandingkan sejumlah negara lain seperti misalnya di negara-negara latin.

Dia mencontohkan, betapa kayanya pemain bola asal Brasil, Ronaldo, sementara mayoritas masyarakat di negaranya itu masih berada di kondisi kemiskinan.

Rasio Gini RI Turun, Ketimpangan Si Kaya dan Si Miskin Menyempit

"Di negara Latin, yang ketimpangannya jelas terlihat di sana itu ada Ronaldo, orang yang sangat kaya. Namun kebanyakan dari mereka hidupnya kurang (mampu)," kata Ani.

Mantan Direktur Bank Dunia itu menjelaskan bahwa tingkat gini ratio di negara itu pernah mencapai angka 0,7 poin. Kondisi itu sangat bertolak belakang dengan Indonesia, di mana jika gini ratio sudah menyentuh angka 0,4 poin saja maka pemerintah sudah melakukan 'warning' terhadapnya.

Hal itu membuktikan bahwa pemerintah akan selalu berkomitmen dalam menekan angka ketimpangan, sehingga angka gini ratio pun menurutnya masih terus terjaga sampai hari ini.

"Kalau soal gini ratio, kita semua (pemerintah) sudah alarm jika menyentuh di angka 0,4 poin, itu kita sudah waspada. Makanya sekarang 0,38 poin," kata Ani.

"Mungkin pelaku bisnis tak terlalu appreciate kalau (angka gini ratio) turun 0,02 poin. Tapi untuk pihak policy makers, hal itu tidak seperti menaikkan angka sales setiap tahun," ujarnya. (jhd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya