Usai Jajal MRT, Menkeu Yakin Problem Inefisiensi Bisa Teratasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan uji coba MRT.
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, pembangunan Moda Raya Terpadu atau MRT dapat mengurangi berbagai persoalan inefisiensi. Itu disampaikannya usai meninjau proyek Moda Raya Terpadu (MRT) dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga Stasiun Lebak Bulus, Jakarta.

Heru Budi Apresiasi Kerja Sama Proyek MRT dengan Jepang, Nilainya Rp11 Triliun

Dia mengatakan, saat mencoba menggunakan MRT tersebut, waktu tempuh yang dihabiskan melalui rute itu hanya 30 menit. Karenanya, dia menganggap bahwa MRT dapat memangkas waktu tempuh perjalanan secara signifikan sehingga dapat menekan inefisiensi dalam menempuh perjalanan masyarakat kota di Jakarta.

"Tadi disampaikan oleh presdir (PT MRT), Pak Willy, dari keseluruhan tempat pemberhentian telah menimbulkan dampak terhadap nilai-nilai properti dan kegiatan ekonomi yang diperkirakan akan meningkat," kata Sri Mulyani usai menjajal MRT, Rabu 6 Maret 2019.

Pemprov DKI Jakarta Dukung Kerja Sama Proyek MRT Berkonsep TOD dengan Jepang

Selisih waktu tempuh yang diperoleh dari keberadaan proyek senilai Rp16 triliun itu, kata dia, dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif oleh masyarakat seperti bekerja, mengembangkan potensi diri, dan berolah raga atau work-life balance. 

Pembangunan MRT juga, menurutnya, memberikan keuntungan lain, seperti misalnya, perpindahan penggunaan transportasi dari kendaraan pribadi ke transportasi publik dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, mengurangi kemacetan, dan mengurangi polusi udara di Jakarta. 

Wali Kota Berharap Proyek MRT 'Beneran' Sampai Tangsel: Itu Kita yang Usul

"Saya sudah minta tim Kemenkeu dan PT MRT untuk kita mulai menghitung dampak ekonominya. Karena ini merupakan sesuatu yang baru, sehingga nanti kita bisa melihat berapa dampak ekonomi dari infrastruktur ini, yang akan bisa kita hitung entah dari nilai propertinya, dari kegiatan ekonominya," ujar dia.

Dia pun menilai, pembangunan MRT dapat terealisasi saat ini karena menggunakan pendekatan ekonomi, yaitu dapat memangkas waktu tempuh perjalanan. Sementara itu, feasibility study yang sudah ada sejak 1990 hanya fokus pada soal finansial khususnya untung-rugi, sehingga membuat proyek ini tidak dapat terealisasi selama 30 tahun.

Saat ini, 99 persen persiapan di stasiun bawah tanah dan depo serta stasiun layang MRT sudah selesai. Setelah beroperasi, proyek itu akan memiliki 16 rangkaian kereta dengan enam gerbong di setiap rangkaian perjalanan dan dapat menampung 1.200 hingga 1.800 orang per rangkaian. 

Pendanaan proyek MRT Fase I dan II berasal dari 49 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (on-granting) dan 51 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi DKI (on-lending). Meskipun terlihat besar, jika dibandingkan dengan jumlah BBM yang harus dihabiskan dengan kendaraan pribadi, pembangunan MRT diyakini dapat menekan inefisiensi. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya