Alasan Ekonomi RI Mampu Bertahan di Tengah Perlambatan Global

Pengamat Ekonomi, Anton Hermanto Gunawan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Dalam laporan World Economic Outlook, International Monetary Fund atau IMF kembali melakukan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2019 dari sebelumnya 3,5 persen kini hanya menjadi 3,3 persen. Hal itu dilakukan karena melihat adanya tren perlambatan ekonomi global.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Terkait bagaimana peluang Indonesia dalam tren perlambatan ekonomi global yang dimaksud IMF itu, Pengamat Ekonomi, Anton Gunawan menjelaskan, fundamental ekonomi Indonesia masih cukup bagus menghadapi situasi tersebut.

Sebab, meskipun saat ini pemerintah tengah disibukkan dengan adanya perhelatan pemilu, namun sejumlah kebijakan ekonomi yang berorientasi menjaga stabilitas perekonomian nasional masih terus dilakukan dan tidak terpengaruh.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

"Stabilitas menjadi lebih prioritas dibandingkan pertumbuhan, itu dijaga banget supaya stabil. Dan ternyata efek itu juga cukup bagus di pasar keuangan baik pasar saham, bond, maupun pasar uang," kata Anton di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis 11 April 2019.

"Makanya kalau dengan situasi yang seperti ini, harusnya sih enggak ada masalah ya ke depan," tambahnya.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Mantan Kepala Ekonom Bank Mandiri itu mengatakan, salah satu andalan Indonesia dalam menghadapi tren perlambatan ekonomi global saat ini adalah fundamental ekonomi yang relatif baik. Apalagi, hal itu ditambah dengan sejumlah program infrastruktur yang sangat dibutuhkan dan tidak bisa ditolak.

Untuk itu, Anton pun mempertanyakan argumen capres nomor urut 02, Prabowo Subianto, yang kerap mengkritik soal maraknya pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Jokowi selama empat tahun terakhir.

"Apakah itu nanti (jika Prabowo menang) akan tetap dijalankan atau sangat dikurangi? Padahal (infrastruktur) ini salah satu motor untuk logistic system nya diperbaiki, cost of logistic bisa diturunkan, dan melakukan efisiensi dalam perekonomian sehingga perekonomiannya bisa lebih cepat pertumbuhannya," kata Anton.

Meski demikian, Anton kembali memastikan bahwa fundamental ekonomi nasional saat ini sudah cukup baik, dan akan mampu bertahan setidaknya saya sampai Oktober 2019 mendatang. "Jadi cukup resilient lah (perekonomian Indonesia). Coba saja kita bandingkan dengan beberapa negara baik yang di wilayah lain maupun yang di Southeast Asia, kita masih lumayan bagus," kata Anton.

"Walaupun, tak bisa dipungkiri bahwa ada juga nuansa persaingan dari Vietnam, yang mungkin dia akan mendapat limpahan investasi dari China. Meskipun sebagian (investasi dari China itu) mungkin akan ke Indonesia juga," ujarnya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya