JK Sebut Kebijakan The Fed Tidak Berkaitan dengan Rupiah

Wakil Presiden, Jusuf Kalla di Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Reza Fajri

VIVA – Wakil Presiden, Jusuf Kalla menganggap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, termasuk besaran inflasi, tidaklah dipengaruhi kebijakan yang ditelurkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve/The Fed.

Rupiah Loyo Dibayangi Penurunan Surplus Neraca Dagang RI

Menurut dia, kebijakan The Fed, khususnya kebijakan suku bunganya hanya akan memengaruhi sentimen pasar terhadap pergerakan dolar.

Jika kebijakan tersebut membuat sentimen positif terhadap pergerakan dolar, dikatakannya hanya dolar yang akan terpengaruh, bukan rupiah.

Rupiah Loyo Senin Pagi Dipicu Data Inflasi AS

"Enggak ada hubungannya antara The Fed dengan Indonesia. Karena rupiah tidak ke mana-mana, terkecuali kalau tinggi bunga di Amerika, rupiah lari-lari ke Amerika, nah itu baru masalah," kata dia di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu 7 Agustus 2019.

Dia memastikan, pergerakan rupiah yang tidak akan keluar dari Indonesia, karena nilainya yang tidak kompatibel bila diterapkan negara lain. Sehingga, pemilik rupiah pasti hanya akan menanamkannya di perbankan domestik ataupun Bank Indonesia.

Rupiah Loyo Pagi Ini Tertekan Data Inflasi Produsen AS

"Jadi, rupiah itu enaknya karena tidak kompatibel, maka tidak ke mana-mana. Karena itu, mau berapapun inflasi, tetap aja rupiah itu ada di negeri ini. Ini kesalahan sering perbankan, sering hubungkan The Fed ini macam ngomong, analisa tinggi-tinggi The Fed macam-macam," katanya.

"Ya enggak apa-apa mau beli dolar aja. Tentu ,pembeli dolar itu punya rupiah. Pasti rupiah itu dimasukkan ke bank juga, tidak mungkin disimpan di rumah atau tidak mungkin juga rupiahnya di bawa ke Singapura," ungkapnya.

Karenanya, dia meminta, pergerakan bunga di Indonesia tidak perlu ditetapkan berdasarkan pengaruh negara lain, melainkan berdasarkan kebutuhan negara sendiri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, hal itu tidaklah berkaitan dengan besaran bunga negara lain.

"Jadi, kalau bunga tinggi, bagaimana orang mau investasi. Jadi, ujung dari pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Jadi, jangan dihubungkan dengan itu, karena dari zaman dulu sengaja kita di.. saya bilang IMF, Lagarde, waktu datang ke rumah, Anda lah yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia dan sampai sekarang ini gara-gara kebijakan Anda lah yang sebabkan itu semua," tegas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya