Indef: RI Harus Siap Hadapi Resesi, Ekonomi Negatif Akan Berlanjut
- U-Report
VIVA – Insititute for Development of Economics and Finance (Indef) meminta rakyat Indonesia bersiap menghadapi resesi. Sebab, ekonomi Indonesia tidak hanya akan negatif pada kuartal II-2020, namun berlanjut hingga kuartal III-2020.
Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad mengatakan, hal itu disebabkan penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia yang tidak ada beda, antara diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan tidak. Sebab, angka penyebaran virus terus naik.
"Ketika PSBB dicabut pada Kuartal III, kami proyeksikan pertumbuhan ekonomi kita masih negatif artinya kita memang harus siap menghadapi situasi resesi. Yang penting untuk kita hadapi secara serius," katanya, Kamis, 6 Agustus 2020.
Baca juga: Filipina Dihantam Resesi Terparah Sejak 29 Tahun
Jika terjadi resesi, dia menyebutkan, ujungnya hanya akan semakin besar angka-angka pengangguran, orang miskin dan kesenjangan sosial akan meroket, pendapatan masyarakat turun drastis hingga merosotnya penjualan eceran.
"Kemiskinan nambah tinggi, pengangguran, PHK (pemutusan hubungan kerja) bisa sampai 10 juta lebih, ini satu konsekuensi yang harus kita hadapi kalau kita masuk resesi dan pengusaha sekarang sudah PHK, banyak yang tutup, meskipun ada pemulihan," ujar Tauhid.
Dia juga meminta pemerintah tidak lagi hanya memberikan optimisme palsu terhadap rakyat dengan proyeksi-proyeksi ekonomi yang terlalu optimis. Padahal, banyak negara yang lebih percaya diri mengatakan ekonominya masuk resesi meskipun akhirnya mampu keluar dari potensi depresi ekonomi.
"Menjadi catatan pula kalau kita lihat pemerintah mengatakan bahwa dibanding negara lain kita bersyukur. Coba lihat Vietnam masih bisa positif, Korea Selatan hanya minus 2,9 persen, Tiongkok sudah positif, India related lebih baik sekarang," ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menegaskan bahwa Indonesia tidak masuk zona resesi secara teknis, meskipun pada kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia -5,32 persen secara tahunan.
Sebab, sambung Sri, masuknya ekonomi suatu negara ke dalam zona resesi apabila pertumbuhan ekonominya secara tahunan atau year on year (y-on-y) terkontraksi dua kuartal secara berturut-turut.