Begini Cara China Bikin Kontainer Sedunia Langka saat Pandemi

Aktivitas bongkar muat petikemas
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA – Pandemi COVID-19 membuat aktivitas logistik di sejumlah pelabuhan di dunia dihentikan, karena beberapa negara masih melakukan lockdown. Akibatnya, pelayaran logistik internasional pun kekurangan kontainer, termasuk di Indonesia.

Kapal Induk Pembawa Pasukan Siluman China Keluar Sarang

Kekurangan kontainer itu diperparah oleh China yang ekonominya bergerak positif di tengah krisis ekonomi global saat ini. Perusahaan pelayaran dalam negeri pun berputar otak untuk bisa mendapatkan kontainer guna menjalankan bisnis logistiknya.

"Kita (mendapatkan kontainer) bersaing dengan China," ujar Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto saat diskusi secara virtual bersama Forwahub, dikutip Selasa 15 Desember 2020.

Tekuk Indonesia 3-1, China Kawinkan Gelar Thomas Cup dan Uber Cup 2024

Baca jugaPenumpang Melorot 60 persen, KAI Diminta Genjot Angkutan Logistik

Dia memaparkan, China berupaya keras menyedot seluruh kontainer yang ada di dunia untuk digunakan dengan memberikan subsidi bagi industri pelayaran internasional. Khususnya bagi yang mengangkut produk-produknya keluar China.

Jonatan Christie Jaga Peluang, Indonesia Tertinggal 1-2 dari China di Final Thomas Cup

"China sudah memberikan subsidi (pelayaran) dan kemudahan pelabuhannya. Sehingga mereka mengarahkan kontainer dari negara-negara lain ke China. Kita mungkin bisa beri insentif seperti mereka," tambahnya.  

Carmelita mengungkapkan, saat ini pelayaran logistik RI, salah satunya untuk kebutuhan ekspor, membutuhkan sekitar 1.200 unit kontainer. Selain berharap dari dunia internasional, para pengusaha pelayaran juga berkoordinasi dengan instansi pemerintahan, khususnya Bea Cukai dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memenuhi kebutuhan itu.

Hasil dari koordinasi yang dilakukan, kedua instansi itu berkomitmen menambal kebutuhan itu dari kontainer-kontainer yang disita karena izin barang yang diangkutnya bermasalah. Sementara itu, Kementerian Perdagangan masih melakukan pendataan berapa kontainer yang bisa digunakan.

"Kelihatan dari situ (Bea Cukai) sudah terlihat 200-300 kontainer. Lalu mungkin bisa clear ada lagi 200-300 di KLHK," tuturnya.

Koordinasi dengan para eksportir dan importir pun dilakukan para pengusaha industri pelayaran. Sehingga berapa banyak kebutuhannya bisa dicoba untuk diakomodir secara maksimal.

"Kelihatannya ada solusi tapi bertahap tentunya," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya