Digitalisasi Selamatkan Ekonomi di Tengah Pandemi, Ini Buktinya

Ilustrasi transaksi digital.
Sumber :
  • https://www.einfochips.com/

VIVA – Pembatasan pergerakan masyarakat selama pandemi COVID-19 membuat ekonomi digital meningkat saat ini. Termasuk, transaksi pembayaran melalui elektronik yang kini jadi tren tersendiri.

Trade Minister: No Need to Worry about Weakening of Rupiah

Setelah lebih dari 1 tahun COVID-19 mewabah, adanya ekonomi digital tanpa disadari membuat masyarakat lebih kuat dalam menghadapi pandemi. Terutama bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta mengatakan, 2020 menjadi momentum meningkatnya digitalisasi ekonomi. Hal itu terbukti dari adanya peningkatan signifikan dalam transaksi e-Commerce, digital banking, dan transaksi uang elektronik. 

Ninja Xpress: Pengiriman Paket Melonjak 20 Persen saat Ramadhan 2024

Tahun ini menurutnya, dengan mulai terkendalinya penanganan pandemi melalui vaksinasi, digitalisasi ekonomi akan lebih terakselerasi. Hal itu sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional yang hasilnya semakin nampak.

“Adanya pelaksanaan vaksinasi dan digitalisasi, prediksi Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 akan mampu bertumbuh 4,3 sampai 5,3 persen,” jelas Filianingsih pada webinar Indonesia Data and Economic Conference 2021 bertajuk ‘Payment System in Digital Era’, Rabu, 24 Maret 2021.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Dia menjabarkan pada kuarta-IV 2021, transaksi e-Commerce mencapai Rp90,28 triliun atau meningkat sekitar 28 persen. Sementara itu, digital banking mencapai mengalami peningkatan sebesar 12,4 persen, dan secara tahunan tumbuh pesat mencapai 41 persen. 

"Sementara itu kalau kita lihat di uang elektronik mengalami pertumbuhan yang besar secara kuartalan yaitu 18 persen dan secara year on year hampir 20 persen,” tambahnya. 

Meski demikian lanjut dia, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi bersama guna bisa menggenjot digital ekonomi di masa depan. Salah satunya adalah belum meratanya kegiatan ekonomi di Indonesia.

"SDM (Sumber Daya Manusia) kekurangan tenaga kerja, pusat kegiatan ekonomi masih terkonsentrasi di Jawa Barat khususnya Jakarta," tambahnya.

Karena itu dia menegaskan, pembentukan ekosistem menjadi kunci kolaborasi antara bank dan fintech, termasuk UMKM yang menjadi kekuatan utama ekonomi. Saat ini menurutnya, sebanyak 91,1 juta penduduk masih belum tersentuh perbankan unbanked dan 62,9 juta UMKM formal secara ekonomi dan keuangan.

Sementara itu, Presiden OVO Karaniya Dharmasaputra mengungkapkan bahwa ekonomi digital kini mulai berhasil masuk ke banyak pelaku ekonomi termasuk UMKM. Hal tersebut tercermin dari  sebagian besar merchant OVO didominasi oleh UMKM. 

“Hampir 900 ribu merchant kami 90 persennya itu UMKM. Di mana ekosistem dari merchant UMKM ini sebetulnya bisa dimanfaatkan dengan sangat menarik oleh berbagai inisiatif. Jumlah pedagang di OVO pada 2020 mencapai 66 persen,” kata Karaniya.

Dia mengungkapkan, penggunaan uang elektronik sekarang semakin luas. Bahkan, juga bisa sebagai alat untuk mendorong pasar modal. Jadi bermain investasi bisa dilakukan dengan uang elektronik.

“Hampir 55 persen di Bareksa, reksa dana yang membeli dana dengan uang elektronik. Ini bukti industri e-money sudah going beyond payment. Ini potensi menarik dan penting dikembangkan terus ke depan,” tuturnya.

Director of Technology Information & Operation, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Indra Utoyo berpendapat, sistem pembayaran digital harus merujuk pada ekosistem kolaborasi dan UMKM. Sinergi dengan fintech pun dilakukan.

“Kita berkolaborasi secara masif dengan fintech atau digital player, ini akan menjadi pembayaran di masa depan. Kita bank mikro perlu melakukan pembayaran sebanyak-banyaknya dan semurah-murahnya, maka itu berkolaborasi dengan OVO dan teman-teman e-money lain perlu dilakukan,” jelasnya.

Dalam kesempatan sama, Chief Technology Officer LinkAja, Rahmat Bagas Santoso mengungkapkan hal sama. Saat ini merchant yang telah dimiliki banyak dari UMKM. Selain itu, mereka juga mengaplikasikan keuangan syariah untuk beramal.

“Kita berharap penetrasinya lebih cepat dan lebih baik. Karena pelayanan sesuai dibutuhkan oleh pasar. Saat ini sudah 66 juta pengguna terdaftar,” jelas Rahmat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya