Harga Komoditas Melejit, Menko Airlangga Serukan Hilirisasi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • Dokumentasi Kemenko Ekonomi.

VIVA – Harga-harga komoditas dunia mengalami lonjakan pesat atau melejit pada tahun ini. Pemerintah pun mengimbau agar fenomena kenaikan harga-harga komoditas ini bisa disikapi oleh para pemangku kepentingan untuk mempercepat hilirisasi.

Airlangga Pede Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh di Atas 5 Persen

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, beberapa komoditas yang harganya mengalami kenaikan pesat di antaranya adalah minyak kelapa sawit (CPO), nikel, karet hingga copper (tembaga) dan emas. Komoditas ini dipastikannya bisa dihilirisasi.

Berdasarkan data proyeksi kementerian dengan sumber dari Bank Dunia, CPO naik dari US$759 pada 2020 menjadi US$969 pada 2021, karet dari US$1,75 menjadi US$2,24, alumunium dari US$1,721 ke US$2,188, nikel dari US$13,928 ke US$16,406 dan batu bara US$77,6 ke US$61,4.

Kinerja Industri Pengolahan RI Kuartal I-2024 Moncer, BI: Ada di Fase Ekspansi

"Ini seiring naiknya demand. Dengan kenaikan ini Indonesia tentu diharapkan bisa memanfaatkan komoditas boom ini dengan hilirisasi agar lebih sustain," kata Airlangga dalam diskusi virtual, Rabu, 19 Mei 2021.

Baca juga: Novel: Pernyataan Presiden Bebaskan Kami dari Tuduhan Anti-Pancasila

MK Nyatakan Airlangga dan Zulhas Tak Langgar Kampanye Pilpres 2024

Menurutnya, khusus untuk nikel, pemerintah telah menekankan kebijakan hilirisasi dengan menekan kebijakan ekspor dalam bentuk bahan baku tersebut menjadi produk jati setelah adanya industri smelter berbasis nikel dan baja.

"Ini jadi bagian dari kebijakan hilirisasi di mana sebelumnya kita hanya ekspor bahan baku dan 4 sampai 5 tahun ini kita bangun industri berbasis nikel dan baja ini sudah mampu ekspor di atas US$10 miliar tentu ini jadi capaian yang baik," tegasnya.

Untuk itu, Airlangga menekankan, hilirisasi nikel ini bisa diikuti dengan program hilirisasi untuk komoditas lain seperti alumunium dan batu bara dengan cara membangun industri pemurnian atau smelter yang lebih terintegrasi. Sehingga bisa memberikan nilai tambah produk.

"Bisa dengan dibangun smelter-smelter ini tentu memberi kita waktu recover ekonomi lebih cepat dan khusus sawit momemtum ini akan didorong dari reviatalisasi kebun rakyat dengan program replanting yang terintegrasi dananya dari BPDPKS dan KUR," ucap Airlangga.

Sebelumnya, Airlangga mengatakan, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 akan bisa tumbuh 7 persen. Ini dipicu salah satunya oleh perkembangan aktivitas ekspor-impor juga telah mengalami perbaikan akibat permintaan di negara-negara ekonomi besar yang tumbuh pesat seperti di China dan Amerika Serikat.

Kemudian, Airlangga juga menjelaskan bahwa perekonomian di beberapa daerah, seperti di Sumatera, juga mulai pulih meskipun masih minus 0,86 persen. Kemudian di Pulau Jawa minus 0,83 persen, dan Kalimantan minus 2,23 persen.

Sementara, sebagian pulau yang telah mengalami pertumbuhan ekonomi secara positif yakni Sulawesi 1,2 persen dan Papua 8,97 persen.

"Pertumbuhan ekonomi ini antara lain juga didorong oleh kenaikan harga komoditas, seperti misalnya komoditas sawit, karet, nikel, koper, dan batu bara," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya