Menteri ESDM Beberkan Insentif untuk Investasi Hulu Migas

Tempat pengolahan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam, Kutai Kartanegara
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif memaparkan pencapaian iklim investasi hulu migas Indonesia. Hal itu dibeberkannya dalam acara 'Oil and Gas Investment Day' yang digelar hari ini.

Heru Budi Apresiasi Kerja Sama Proyek MRT dengan Jepang, Nilainya Rp11 Triliun

Arifin mencontohkan, insentif fiskal bagi Operator Blok Mahakam dan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) telah disetujui oleh pemerintah. Insentif ini jadi paket insentif pertama yang diberikan kepada blok Indonesia dalam tahap produksi.

"Persetujuan paket insentif ini akan memungkinkan PHM untuk mengeksekusi proyek-proyek pengembangan yang tertunda, memaksimalkan pemulihan sumber daya, dan menjamin kelangsungan bisnis dan operasi Blok Mahakam hingga akhir kontrak pada tahun 2037," kata Arifin dalam telekonferensi, Kamis 17 Juni 2021.

27 Korban Penipuan Investasi Rp52 Miliar Geruduk Rumah Orang Tua Pelaku di Tasikmalaya

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 17 Juni 2021: Global dan Antam Meredup

Menteri ESDM menjabarkan, paket insentif Mahakam diberikan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2017, dan terdiri dari sejumlah instrumen.

Jangan Sampai Terjerat Pinjol, Ini Tips Kelola Keuangan Lebih Cerdas

Sejumlah insentif itu antara lain, relaksasi fiskal untuk produksi minyak bumi tahap pertama, kredit investasi, percepatan penyusutan modal, fasilitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tidak dapat ditagih, dan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan untuk subsurface. "Serta biaya penggunaan (sewa) barang milik negara (BMN)," imbuhnya.

Selain itu, Arifin juga menjelaskan, rencana pengembangan pertama menggunakan skema gross split untuk produksi Coal Bed Methane (CBM) di Blok Tanjung Enim. Dia mengatakan, rencana pengembangan ini diperkirakan dapat meningkatkan produksi gas nasional pada tahun 2023, dengan tingkat produksi puncak dari Lapangan A dan B Tanjung Enim sebesar 25,74 MMSCFD.

"Serta meningkatkan penerimaan negara dari bagi hasil dan pajak yang diperkirakan sebesar US$158 juta," kata Arifin.

Dengan rencana investasi sebesar US$172 juta, Arifin berharap pengembangan lapangan ini akan memberikan dampak positif bagi Indonesia, khususnya Sumatera Selatan di masa mendatang.

Dia menambahkan, pengembangan lapangan Tanjung Enim ini merupakan pengembangan CBM pertama di Indonesia, sehingga diharapkan dapat memicu Wilayah Kerja CBM lainnya untuk mengambil tahap eksploitasi.

"Dan memberikan multiplier effect di tingkat lokal, regional, dan nasional," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya