Rizal Ramli Prediksi Ekonomi Indonesia pada 2021 Seperti Kurva W

Ekonomi Indonesia Di Tengah Krisis Covid-19, Rizal Ramli
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA - Tokoh nasional, Rizal Ramli, memprediksi perekonomian Indonesia sepanjang 2021 itu akan seperti kurva W, yang bila dideskripsikan, setelah anjlok akan mengalami kenaikan sedikit, lalu anjlok lagi.

Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Melalui Ekonomi Sirkular

"Dan bisa jadi lebih dalam," kata Rizal Ramli, Jumat, 9 Juli 2021.

Mantan Menko Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid itu menyayangkan strategi pemerintah yang tidak jelas di masa pandemi COVID-19 ini. Misalnya, selalu mengubah istilah, sementara kalangan rakyat bawah tidak merasakan perubahan yang berarti.

Airlangga Pede Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh di Atas 5 Persen

"UMKM yang kerap disebut sebagai salah satu bantalan perekonomian nasional pada kenyataannya juga sulit bergerak," ujarnya lagi.

Baca juga: Jokowi Optimis Ekonomi Indonesia Kuartal II Tumbuh 7 Persen

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, Kadin Sebut PR Pemerintah 10 Tahun ke Depan Jauh Lebih Berat

Rizal menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hanyalah sebuah ilusi yang sulit dipercaya. Alasannya, faktanya selama ini forecasting yang disampaikan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu sering meleset.

Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini akan mencapai angka 4,5 persen. Angka itu merupakan proyeksi pertumbuhan yang moderat.

Sementara, bila keadaan memburuk, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua akan mencapai 3,7 persen.

“Ramalan-ramalan Sri Mulyani sejak tiga tahun lalu di dalam bidang makro ekonomi nyaris tidak benar dan banyak melesetnya,” kata dia.

“Diramalkan sampai 4,5 persen. Kalau ngibul jangan keterlaluanlah. Paling tumbuh 3 persen," lanjut Rizal.

Mantan Anggota Tim Panel Ekonomi PBB itu menekankan bahwa pertumbuhan 3 persen itu tidak cukup, karena pengangguran akan lebih banyak.

"Kita harus tumbuh 7 persen supaya tenaga kerja baru mendapat pekerjaan,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya