Ultimatum Erick Thohir ke PLN: Tidak Ada Lagi Proyek Aneh-aneh

Menteri Badan Usaha MIlik Negara (BUMN), Erick Thohir.
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMNErick Thohir menegaskan, PT PLN (Persero) jangan lagi membuat proyek-proyek yang tidak penting.

Tiba di Paris, Timnas Indonesia U-23 Geber Persiapan Hadapi Guinea

Sebab, dengan melihat kondisi keuangan PLN yang kurang sehat saat ini, Erick menilai jika kondisi keuangan perusahaan setrum negara itu harus bisa dijaga secara ketat. Termasuk, melalui upaya penghematan belanja modal atau capital expenditure (capex).

"Tidak ada lagi proyek aneh-aneh. Supaya cashflow PLN bisa sustain, stop permainan proyek-proyek yang tidak penting," kata Erick dalam telekonferensi, Kamis 12 Agustus 2021.

Ringankan APBN, Indonesia Re Godok Skema Pembiayaan Rekonstruksi Akibat Bencana

Dia menjelaskan, kondisi keuangan PLN yang memiliki utang hingga mencapai Rp500 triliun itu, merupakan tugas besar yang mesti diselesaikan PLN selaras dengan tuntutan akan pengimplementasian energi baru terbarukan (EBT) di tataran global.

Karenanya, hal-hal semacam itulah yang mengharuskan PLN kembali menyehatkan aspek keuangannya, guna menjalani penugasan dari pemerintah mengingat statusnya sebagai perusahaan pelat merah.

Erick Thohir: Generasi Emas Sepakbola Indonesia Telah Lahir

"Ditambah penugasan dari pemerintah yang hari ini kompensasi subsidi yang kita lakukan. Tidak ada jalan lain kita harus melakukan terobosan yang luar biasa," ujar Erick.

Baca juga: Kata Bos Bank Banten Soal Kabar Gandeng Amazon Genjot Digitalisasi

Erick pun secara tegas meminta kepada PLN untuk mulai memfokuskan diri pada ekonomi hijau, karena mayoritas negara-negara di dunia sudah menyepakati bahwa dunia harus bebas dari emisi karbon pada tahun 2050 mendatang. Meskipun, Indonesia sendiri baru berkomitmen untuk mencapai standar bebas emisi karbon tersebut pada tahun 2060.

Namun, lanjut Erick, saat ini terpantau sudah banyak negara-negara yang mulai mewajibkan seluruh produksi energinya secara lebih ramah lingkungan, sehingga hal ini dinilai menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Indonesia untuk ikut mematuhinya. "Seperti misalnya dimana salah satu sumber listriknya harus berasal dari energi terbarukan, dan ini sudah menjadi tren saat ini," kata Erick.

Karenanya, Erick pun mengingatkan PLN untuk segera menyelaraskan diri dalam upaya mengonversi PLTU-PLTU yang ada saat ini menjadi pembangkit listrik energi baru terbarukan sebesar 21 GW, dalam 19 tahun ke depan. Dimana dalam 15 tahun selanjutnya PLN juga harus harus mengonversi hingga mencapai 29 GW.

"Ini sesuatu yang tidak bisa dihindari, karena itu transformasi harus dilakukan PLN," ujarnya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya