Harga Nikel Naik, PAM Mineral Optimis Laba Tahun Ini Menanjak

Ilustrasi investor pasar modal.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Emitan pertambangan nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL) meyakini kinerja operasional pada tahun ini meningkat dibanding tahun 2020. Hal itu diperkuat dengan meningkatnya harga nikel pada tahun ini.

Penyewaan Kendaraan Listrik Laris Manis, Total Aset TBS Energi Utama 2023 Naik 5,4 Persen

“Perseroan berkeyakinan kinerja operasional pada tahun 2021 akan lebih meningkat dibandingkan dengan tahun 2020. Selain itu kinerja operasional diperkuat oleh semakin meningkatnya harga nikel di tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020," tutur Suhartono, Corporate Secretary NICL dalam keterangan tertulis, Rabu, 18 Agustus 2021.

Baca juga: Tawuran Maut di Johar Baru, Polisi Kantongi Identitas Satu Pelaku

Bumi Resources Minerals Bukukan Pendapatan US$46,63 Juta pada 2023

NICL menargetkan, mampu mengumpulkan laba bersih dari nikel sebesar Rp103 miliar pada tahun ini. Target laba bersih yang diperkirakan mampu tercapai itu naik 263,46 persen dari laba bersih konsolidasi 2020 sebesar Rp28,45 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan interim Desember 2020, perusahaan membukukan penjualan senilai Rp195,44 miliar sehingga bakal meraup laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp28,45 miliar. Membaik dari kerugian komprehensif Rp14,07 miliar pada 2019.

Dharma Polimetal Tebar Dividen 2023 Rp 171,29 Miliar, 28 Persen dari Laba Bersih

"Perseroan optimis penjualan nikel maupun laba usaha konsolidasi akan meningkat tajam pada 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka.

Dia mengumumkan berhasil mencatatkan peningkatan kinerja operasional pada 2020. Berdasarkan laporan keuangan tahun lalu yang telah diaudit, NICL mencatatkan laba operasional Rp45,8 miliar.

Laba ini lebih tinggi 36,6 persen dibandingkan dengan laporan keuangan in-house 2020, yang telah diterbitkan NICL pada laporan sebelumnya. Pada saat itu hanya mencatatkan laba operasional Rp33,5 miliar. 

Adapun laba bersih pada 2020 sebesar Rp32 miliar atau lebih tinggi 12,5 persen dibandingkan laporan keuangan in-house 2020 yang hanya mencatatkan laba bersih sebesar Rp28,4 miliar. Angka ini telah diterbitkan NICL pada laporan sebelumnya.

Peningkatan ini disebabkan adanya penurunan nilai beban pokok penjualan pada laporan in-house 2020 NICL yang sebesae Rp147,9 miliar sedangkan berdasarkan laporan audit NICL, beban pokok penjualan Rp116,6 miliar atau lebih rendah 21,2 persen.

Hal ini disebutkan juga menopang gross profit dan operating profit yang lebih besar dibandingkan yang tercatat pada buku inhouse. Margin gross profit dan operating profit NICL masing-masing sebesar 50,3 perssn dan 36,6 persen

Selain itu, NICL juga mencatatkan nilai aset lancar yang lebih tinggi pada laporan buku audit. Total nilai aset lancar NICL sebesar Rp124,1 miliar, lebih tinggi sebesar 11,9 persen dibandingkan dengan nilai aset lancar pada buku in-house 2020 yang hanya sebesar Rp110,8 miliar. 

Kondisi tersebut disebabkan karena posisi nilai uang muka dan dibayar di muka yang mengalami kenaikan dari Rp1,9 miliar menjadi Rp23 miliar. Secara keseluruhan NICL mencatatkan nilai total asset sebesar Rp189,7 miliar atau lebih tinggi 7,7 persen dari laporan keuangan Inhouse.

Di sisi lain, NICL mencatatkan nilai utang Rp82,9 miliar atau lebih tinggi 11,7 persen dari posisi laporan keuangan in-house 2020 karena adanya peningkatan posisi utang jangka pendek 12,3 persen dari Rp.69,8 miliar menjadi Rp.78,4 miliar. Pada posisi ekuitas sebesar Rp106,7 miliar, lebih tinggi 4,7 persen dari posisi in-house 2020.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya