Pabrik Nikel Cuan Akibat Tumbuhnya Industri Baterai Mobil Listrik

Ilustrasi baterai mobil listrik
Sumber :
  • QZ

VIVA – Pabrik-pabrik yang mengelola atau menambang komoditas nikel menyatakan mendapatkan keuntungan terus atau cuan pada masa Pandemi COVID-19. Ini akibat terus tumbuhnya industri baterai mobil listrik di berbagai negara.

Orangtua Anak yang Tabrakkan Mobil di Mall Jadi Konsumen Chery

Salah satunya, PT PAM Mineral Tbk (NICL) yang mengumumkan catatan kinerja solid hingga semester I-2021. Penjualan bijih nikel disebutkan meningkat signifikan ditunjang oleh peningkatan harga komoditas nikel sepanjang paruh pertama tahun ini.

Berdasarkan laporan keuangan in house hingga akhir Juni 2021, perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp148 miliar. Sementara itu, pendapatan perseroan sepanjang 2020 sebesar Rp188 miliar. 

Penyewaan Kendaraan Listrik Laris Manis, Total Aset TBS Energi Utama 2023 Naik 5,4 Persen

“Jika dibandingkan dengan kinerja 2020, pada semester I tahun ini, Perseroan telah mencapai 79 persen dari penjualan tahun lalu. Kami sangat optimis penjualan 2021 ini akan jauh di atas penjualan tahun lalu” kata Corporate Secretary NICL, Suhartono, Selasa, 24 Agustus 2021.

Dari sisi laba, NICL berhasil mencatatkan Rp26,3 miliar. Angka laba ini disebutkan naik signifikan jika dibandingkan dengan laba bersih semester I 2020 yang masih mencatatkan kerugian sebesar Rp1,8 miliar. 

SPKLU Sudah Banyak, Naik Wuling BinguoEV Bisa dari Jakarta ke Mandalika

Di sisi lain posisi keuangan NICL masih sangat solid, dimana pada sisi ekuitas mengalami kenaikan dari sebelumnya sebesar Rp106,7 miliar naik menjadi Rp133,1 miliar atau naik sebesar 25 persen year to date (ytd).

Adapun total aset perusahaan ini sebesar Rp177 miliar per Juni 2021 relatif lebih rendah dari total aset pada Desember 2020 yaitu sebesar Rp.189,7 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7 persen secara tahun berjalan.  

Di sisi lain penurunan aset tersebut dibarengi dengan penurunan utang perseroan dari Rp.82,9 miliar pada Desember 2020 menjadi sebesar Rp.43,9 miliar per Juni 2021 atau turun sebesar 47 persen ytd. 

“Dari sisi neraca, struktur permodalan Perseroan sangat solid dan didukung oleh pertumbuhan laba yang tinggi Perseroan yakin dapat terus bertumbuh di masa yang akan datang” ujar Suhartono.

Prospek industri nikel dalam beberapa tahun ke depan dikatakannya juga masih sangat menarik karena kebutuhan bijih nikel dunia akan terus mengalami peningkatan. Ini akibat tumbuhnya industri baterai mobil listrik

"Seiring dengan tumbuhnya industri baterai untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik di seluruh dunia.  Di sisi lain, Indonesia sebagai salah satu produsen bijih nikel tentunya sangat diuntungkan dalam bisnis ini," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya