Mengintip Opsi Garuda Indonesia Cari Cuan Fokus Penerbangan Domestik

Garuda Indonesia ada livery khusus di pesawatnya
Sumber :
  • Dok. Garuda Indonesia

VIVA – Kementerian BUMN menegaskan tidak akan membiarkan Garuda Indonesia sebagai maskapai national flag carrier bangkrut dan terpuruk. Segala langkah pemulihan selain restrukturisasi utang yang menjeratnya pun terus diupayakan.

Kemenag Siapkan Skenario jika Bandara Minangkabau Tak Beroperasi akibat Erupsi Selama Masa Haji

Terbaru, Garuda Indonesia menyepakati kerja sama code sharing penerbangan internasional dengan maskapai penerbangan Emirates. Melalui kerja sama tersebut yang diharapkan akan dapat berlaku efektif mulai 2 Januari 2022 mendatang, penumpang Garuda Indonesia akan mendapatkan kemudahan akses ke berbagai destinasi yang dioperasikan oleh Emirates diantaranya Dubai, Bahrain, Moskow, Johannesburg, Kairo, London dan Manchester.

Sementara itu, penumpang Emirates yang akan melaksanakan perjalanan ke Indonesia melalui Jakarta dapat menikmati layanan penerbangan lanjutan ke berbagai destinasi prioritas di Indonesia seperti Denpasar, Surabaya, Makassar, Balikpapan , Manado, Medan, Padang , Solo. 

Tiba di Paris, Timnas Indonesia U-23 Geber Persiapan Hadapi Guinea

Menteri BUMN Erick Thohir usai menyaksikan penandatangan kerja sama antara Garuda Indonesia dengan Emirates di Dubai, UEA, awal November, menegaskan, kerja sama ini merupakan bagian dari langkah pemulihan Garuda ke depannya. Garuda Indonesia pun diminta fokus cari cuan dengan menggenjot kinerja pelayanan penerbangan domestik.

"Kita tetap berusaha membuka opsi-opsi lain, paling tidak, agar bisa membantu pemulihan Garuda," jelas Erick.

Erick Thohir: Generasi Emas Sepakbola Indonesia Telah Lahir

"Bagaimana pun juga, kita tidak bisa tinggal diam, bukan? Yang namanya usaha dan mencari solusi harus tetap dipikirkan. Termasuk juga menyusun strategi dan fokus baru untuk bisnis penerbangan domestik Garuda," tambahnya.

Namun untuk jadi juara di penerbangan domestik, bukanlah hal yang mudah. Apalagi Garuda Indonesia memiliki anak usaha yang sudah lebih fokus kinerjanya di rute tersebut yaitu Citilink.

Baca juga: Erick Thohir Ungkap Sarinah Dibuka Maret 2022

"Saya rasa tidak (mengganggu segmen pasar Citilink)," kata Pengamat Penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati, saat dihubungi VIVA, Senin 8 November 2021.

Arista menjelaskan, kekhawatiran bahwa apabila Garuda Indonesia fokus pada rute domestik akan mengganggu kinerja Citilink bisa dibantahkan. Karena, sebenarnya segmentasi pasar dari Bapak-Anak usaha itu memang berbeda sejak awal.

"Karena Citilink dengan Garuda Indonesia itu segmentasi market-nya beda. Kalau Garuda itu ibaratnya restoran dia jual sirloin steak. Tapi kalau Citilink itu dia jual ayam goreng biasa," ujarnya.

Dia menjelaskan, segmentasi Garuda Indonesia itu adalah untuk bermain di pasar 'prime' ke atas, yang di Indonesia ini market-nya memang hanya sekitar 30 persen. Meskipun, pemainnya memang hanya dua maskapai saja, yaitu Garuda Indonesia dan Batik Air.

"Dan Batik Air itu ibaratnya dia cenderung merebut pasar bawah juga sebenarnya, karena dia tarifnya masih terjangkau dibanding dengan Garuda," kata Arista.

Kalaupun ada segmentasi pasar yang bakal bersaing dengan Citilink pada rute-rute penerbangan domestik, maka setidaknya saingannya itu bukan Garuda Indonesia, melainkan Super Air Jet (SAJ), Lion Air, atau bahkan Pelita Air.

"Paling yang nanti segmen pasarnya bertabrakan itu adalah SAJ, Citilink, Lion Air, sama Pelita Air kalau dia main di Airbus juga. Maka saya lebih cenderung berharap Pelita Air juga bisa segera mengembangkan layanan penerbangannya," ujarnya.

Gandeng Pelita air Service

Lebih lanjut Arista menjelaskan, bahwa salah satu konsekuensi dan risiko dari upaya pemulihan Garuda Indonesia yang harus ditanggung Pemerintah, adalah terkait ditugaskannya maskapai pesawat charter Pelita Air Servise untuk melayani rute berjadwal yang sebelumnya dilayani oleh Garuda Indonesia.

"Pelita Air ini ibaratnya bayi yang belum penuh dosa, dan saya mendukung Pelita Air itu menggantikan rute-rute yang ditinggalkan oleh Garuda sebagian," kata Arista.

Selain peran tersebut, Arista juga berharap agar Pelita Air bisa mengambil porsi untuk melayani rute bagi penerbangan-penerbangan perintis. Karenanya, Arista berpendapat bahwa dalam operasionalnya ke depan Pelita Air tidak harus selalu menggunakan tipe-tipe pesawat yang besar.

"Pesawat-pesawat yang kecil juga boleh dicoba, karena marketnya itu ada di Indonesia Timur, seperti Ternate, Ambon, Kei Pulau Buru, dan lain sebagainya," ujarnya.

Dengan format seperti itu, Arista meyakini bahwa nantinya Pelita Air juga bisa bekerja sama dengan Garuda Indonesia. Di mana Pelita Air sebagai feeder penerbangan perintis untuk kemudian dioper ke Garuda. 

Karenanya, di satu sisi Airsta menilai jika opsi menghidupkan Pelita Air sangat baik, guna ikut mendukung upaya-upaya pemulihan aspek bisnis Garuda Indonesia. 

"Saya sangat mendukung (Pelita Air dihidupkan). Karena tahun depan jumlah pesawatnya kan pasti kurang, sebab pesawat Garuda saja sudah banyak yang berkurang," ujar Arista.

Ilustrasi pesawat Pelita Air Service.

Photo :
  • Dokumentasi Pelita Air Service.

Saat ditanya mengenai bagaimana cara mencicil utang Garuda, Arista berpendapat bahwa jika pesawat-pesawat sewaannya masih bisa dikembalikan, maka sebaiknya dikembalikan saja dengan penalty yang minim. Atau, bisa juga disewakan lagi ke maskapai penerbangan lain, terutama ke maskapai-maskapai penerbangan Amerika Serikat.

"Jadi baik lessor maupun Garuda, beberapa pesawatnya itu mulai di release back atau disewakan kembali ke maskapai lain. Dan yang saya lihat (industri penerbangan) yang mulai tumbuh itu di Amerika," kata Arista.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya