Ekonomi Meningkat, Kemendag: Jangan Euforia dan Abai Prokes

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia/Kemendag
Sumber :
  • VIVA/Andry Daud

VIVA – Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Oke Nurwan mengatakan, pandemi COVID-19 secara global telah menyebabkan setiap negara mengalami penurunan gross domestic product (GDP).

Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,17 Persen

Karenanya, Oke menyebut jika pelaksanaan vaksinasi COVID-19 telah menjadi solusi untuk menumbuhkan perekonomian setiap negara tersebut, termasuk juga halnya dengan Indonesia.

"Di awal tahun 2021, kita telah menerapkan PPKM darurat. Setelah PPKM darurat rasanya Indonesia ini terlalu euforia dengan pergerakan ekonominya dan lupa akan aspek kesehatan," kata Oke dalam telekonferensi, Rabu 24 November 2021.

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Baca juga: Elite PDIP Ramai-ramai Minta Arteria Dahlan untuk Berdamai

Dia menjelaskan, ekonomi nasional yang meningkat di kuartal II-2021 sebesar 7,1 persen, harus dibayar mahal dengan kenaikan jumlah kasus harian positif COVID-19, penuhnya fasilitas rumah sakit, bahkan sampai masalah kekurangan stok oksigen akibat euforia semacam itu. 

Lebih Rendah dari Vietnam dan Filipina, Ekonomi Indonesia Diramal IMF Tumbuh Cuma 5 Persen

"Yang ujung-ujungnya juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi, di mana dari 7,1 persen di kuartal II-2021 menjadi 3,5 persen di kuartal III-2021," ujarnya.

Karenanya, Oke menekankan perlunya menciptakan equilibrium antara prioritas kesehatan dengan pertumbuhan ekonomi, di tengah upaya-upaya untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional itu sendiri.

Oke menegaskan, Kemendag sendiri juga telah berupaya menjalin berbagai koordinasi dan upaya terkait. Diantaranya melalui upaya meningkatkan sisi suplai terlebih dulu, melalui pembukaan mal dan pusat perbelanjaan dengan menerapkan aplikasi Pedulilindungi

Aplikasi PeduliLindungi.

Photo :
  • VIVA/Novina Putri Bestari

Tujuannya tak lain adalah sebagai salah satu program untuk menciptakan keseimbangan, antara geliat ekonomi dengan penerapan protokol kesehatan.

"Hasil monitoring di awal menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan dari pusat perbelanjaan berada di angka yang bagus," kata Oke.

Meski demikian, lanjut Oke, dengan sudah mulai dirasakannya kemacetan di Jakarta, maka hal itu bisa menjadi tanda mulai adanya euforia kembali. Bahkan menurutnya, sudah ada petugas-petugas di sejumlah tempat umum yang mulai abai kembali terhadap penerapan protokol kesehatan dan penggunaan aplikasi Pedulilindungi.

"Kita dari pihak pemerintah selalu mengingatkan kepada para pelaku usaha (soal penerapan protokol kesehatan dan aplikasi Pedulilindungi). Karena ini tidak boleh terjadi seperti kuartal sebelumnya, di mana ada euforia pertumbuhan ekonomi meningkat tapi harus dibayar dengan jumlah kasus yang tinggi, rumah sakit penuh, dan pasokan oksigen terganggu," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya