Arcandra Tahar Jabarkan Aspek yang Pengaruhi Sektor Energi di 2022

Komisaris Utama PT Pertamina Gas Negara (PGN), Arcandra Tahar.
Sumber :
  • Repro youtube PGN

VIVA – Setelah dua tahun melemah akibat pandemi COVID-19, perekonomian global sedang mengalami pemulihan pada 2022. Hal ini tentu akan berpengaruh pada sektor energi.

Bumi Resources Masuk 7 Perusahaan Wajib Pajak Terbaik versi DJP Kemenkeu

Komisaris Utama PGNArcandra Tahar mengatakan, kondisi tersebut perlu disikapi dengan cermat. Menurutnya, terdapat beberapa aspek penting yang memengaruhi sektor energi ekonomi global pada tahun 2022.

Eks Wakil Menteri ESDM ini menjabarkan, aspek yang pertama adalah konsumsi energi pada tahun 2022 akan kembali pulih seperti sebelum pandemi COVID-19. Seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi setelah lesu selama 2 tahun akibat pandemi COVID-19. 

Sri Mulyani Ungkap APBN Surplus Rp 8,1 Triliun hingga Maret 2024

Jika kehadiran varian baru COVID-19 dapat ditangani dengan baik, lanjut dia, maka konsumsi minyak akan berada di level 100 juta barel per hari (bph), sama seperti sebelum pandemi. Untuk harga minyak diperkirakan berada di level US$65 sampai US$80 per barel.

"Berikutnya yang memengaruhi harga jika OPEC+ tidak menaikkan produksi minyak, maka harga minyak Brent diperkirakan berada pada level US$65-80 per barel," ujarnya dikutip dalam keterangannya, Jumat, 14 Januari 2022.

6 Tips Membuat Hidup Lebih Tenang, Pikiran Lebih Relaks

Foto ilustrasi minyak dunia

Photo :

Selanjutnya, kata Arcandra, adalah kenaikan harga batu bara pada 2022. Hal ini diakibatkan  permintaan batu bara China dan India sebagai konsumen besar komoditas tersebut. Namun, jika pakta pertahanan (AUKUS) antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat membaik, maka harga batu bara kemungkinan bisa kembali melandai.

Sektor energi yang terpengaruh berikutnya adalah, perusahaan minyak dan gas (migas) Amerika Serikat akan menjual asetnya di luar negeri dan berinvestasi di negaranya. ini merupakan strategi untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi rendah karbon akan lebih mudah dilakukan di AS. Proses bisnis dan regulasi yang jelas di AS menjadi pertimbangan dalam konsolidasi aset ini.

"Banyak aset yang dijual tidak hanya di Indonesia juga ada di negara lain, coba perhatikan ini bukan terkait apakah ada peraturan sebuah negara yang berubah sehingga membuat mereka cabut, ada yang lebih penting tekanan shareholder untuk bisnis di AS," ujarnya.

Energi Terbarukan

Arcandra melanjutkan, energi terbarukan juga akan tumbuh seiring dengan penerapan pajak karbon atau penjualan karbon karbon. Beberapa negara membuat kebijakan tersebut pada 2022.

Selain itu, kesepakatan global dalam Conference of Parties (COP) ke-26 untuk menargetkan Net Zero Emission pada 2060, kondisi ini menuntut penghentian pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk menekan emisi.

Menurut Arcandra, untuk mencukupi kebutuhan energi yang terus meningkat di tengah pengurangan emisi, gas bumi akan menjadi andalan pada masa transisi energi. Pasalnya, meski energi fosil gas bumi rendah emisi dan efisien.

“Di tengah tekanan dan tuntutan terhadap green energy, gas bumi sebagai energi bersih akan memegang peranan penting sebagai energi transisi. Disinilah PGN dapat mengoptimalkan peluang itu, baik di domestik maupun global,” jelas Arcandra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya