IMF Minta BI Batasi Pembiayaan APBN di 2022

logo IMF
Sumber :
  • Dok IMF

VIVA – Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) merekomendasikan Bank Indonesia (BI) membatasi pembelian langsung surat utang negara atau membiayai APBN tahun 2022. Hal itu sejalan dengan kebijakan Indonesia yang mulai mengendurkan stimulus ekonomi era pandemi.

BI Catat Penyaluran Kredit Baru Kuartal I-2024 Tumbuh Positif, Ada Tapinya

"Tim IMF mendukung komitmen pihak berwenang untuk keluar dari pembiayaan anggaran moneter pada tanggal target akhir 2022, dan selanjutnya merekomendasikan untuk membatasi pembelian pasar primer lebih lanjut di bawah mekanisme pasar tahun ini hanya untuk periode disfungsi pasar yang parah," ujar Cheng Hoon Lim, Kepala Tim Misi IMF Indonesia dilansir dari CNA, Kamis 27 Januari 2022.

Logo Bank Indonesia.

Photo :
  • VivaNews/ Nur Farida
Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Dalam laporan yang diterbitkan, IMF juga merekomendasikan BI untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam nilai tukar rupiah jika ekonomi dihadapkan pada dampak negatif dari pengetatan moneter global.

BI telah memangkas suku bunga sebesar 150 basis poin dan menyuntikkan puluhan miliar dolar sejak 2020 untuk membantu Indonesia mengatasi dampak ekonomi dari pandemi COVID-19.

BI Catat Uang Beredar Maret 2024 Rp 8.888 Triliun, Naik 7,2 Persen

Beberapa dukungan likuiditas tersebut berupa pembelian obligasi pemerintah melalui lelang dan private placement, untuk membatasi beban bunga utang pemerintah.

BI akan menaikkan 300 basis poin rasio persyaratan cadangan untuk bank dari Maret hingga September sebagai langkah pertama menuju pengurangan stimulus moneter, katanya pekan lalu.

Lim juga mengatakan, Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk menormalkan kebijakan dan langkah penyerapan likuiditas BI akan membantu mengantisipasi pengetatan moneter Federal Reserve AS.

“Jika dan ketika The Fed melakukan pengetatan, kami tidak mengantisipasi kebutuhan arus keluar modal yang signifikan karena transaksi berjalan kuat, sehingga kami mengharapkan penyesuaian kebijakan moneter yang teratur untuk BI,” kata Lim.

Dalam kasus arus keluar modal, lanjut dia, BI harus menjaga ruang kebijakan moneternya dengan membiarkan rupiah menyerap guncangan terlebih dahulu.

IMF juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 menjadi 5,6 persen pada 2022, dari 5,9 persen. Menurut Lim, ini disebabkan oleh penyebaran varian Omicron dan pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya