Laba Naik 500 Persen, Bos PTPN Group Sebut Hasil Transformasi

Kendaraan melintas di kawasan perkebunan kelapa sawit PTPN VI, Sariak, Pasaman Barat, Sumatra Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

VIVA – Holding Perkebunan Nusantara PTPN II (Persero) mencatatkan sejarah atas capaian kinerja keuangannya. Pada 2021, Holding PTPN mencatatkan laba konsolidasi naik 500 persen dibanding tahun sebelumnya.

Chandra Asri Pacific Tbk Bagikan Dividen Tunai US$30 Juta

Hal tersebut berdasarkan hasil laporan keuangan audited yang dirilis oleh KAP Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) pada tanggal 8 April 2022 lalu. LAba konsolidasi tercatat sebesar Rp4,64 triliun di 2021.

Pencapaian tersebut meningkat Rp5,73 triliun atau sekitar 500 persen dibandingkan laba perusahaan pada tahun 2020. Di mana, saat itu PTPN Group masih mengalami kerugian sebesar Rp1,14 triliun.

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44 Miliar pada Kuartal I-2024

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani menyatakan, capaian tersebut adalah bukti upaya transformasi PTPN berhasil memberikan dampak positif pada kinerja keuangan PTPN Group.

"Peningkatan laba bersih perusahaan ditunjang oleh peningkatan pendapatan perusahaan, dari Rp39,39 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp53,57 triliun atau 36 persen," ujar Abdul Ghani dikutip dari keterangannya, Rabu 13 April 2022.

Indonesia Bakal Punya Bullion Bank, Apa Untungnya?

Dia menjabarkan, EBITDA perusahaan tercatat sebesar Rp14,18 triliun, atau naik sebesar 206,69 persen dibandingkan tahun 2020. Atau 124,26persen di atas yang dianggarkan pada tahun 2021.

"Kami akan terus memacu pertumbuhan pendapatan usaha, melalui peningkatan produksi dan produktivitas, serta optimalisasi operasional baik di hulu maupun hilir," ungkapnya.

"Pada komoditas tebu dan gula misalnya, kami akan fokus meningkatkan produktivitas lahan tebu serta merevitalisasi pabrik gula melalui anak perusahaan yang kami dirikan yaitu PT Sinergi Gula Nusantara (SGN),” tambahnya.

Kinerja Holding PTPN III 2021.

Photo :
  • Dokumentasi PTPN.

Lebih lanjut menurutnya, restrukturisasi organisasi dilakukan dengan mengubah dari sebelumnya strategic holding menjadi operating holding.  Selain itu, PTPN Holding melakukan transformasi digital sehingga dapat mengeskalasi tingkat efisiensi dan efektivitas pekerjaan agar lebih optimal.  

Kemudian, salah satu program kunci transformasi yang paling berperan adalah restrukturisasi utang. Di mana PTPN Holding melakukan perbaikan kinerja keuangan agar tercapai bisnis yang berkelanjutan, komprehensif, dan transparan. 

Manajemen PTPN Group mampu memperbaiki kesehatan finansial perusahaan. Salah satunya adalah menurunkan liabilitas jangka pendek melalui program restrukturisasi utang kepada perbankan. Pada tahun 2020, total liabilitas jangka pendek jatuh tempo sebesar Rp 38,19 triliun, pada tahun 2021 turun menjadi Rp 20,03 triliun.

Turunnya liabilitas jangka pendek ini membuat manajemen mampu membiayai ekspansi bisnis, dan memperbaiki arus kas (cash flow), serta memberikan ruang kepada perusahaan untuk meningkatkan belanja modal.

“Program Transformasi EBITDA yang mulai digulirkan pada awal triwulan II 2021, juga memberikan kontribusi signifikan terhadap capaian kinerja di 2021. Hasilnya adalah tercapainya peningkatan revenue dan efisiensi biaya dan operasional dengan melakukan perbaikan-perbaikan fundamental untuk keberlangsungan bisnis sehingga dapat menjadi juara,” ujar Ghani.

Sementara itu, pada 2021 total produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit mencapai 12,47 juta ton, meningkat 13,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020.  Peningkatan produksi TBS diikuti oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) yaitu sebesar 2,68 juta ton, meningkat 12,57 persen dibandingkan pada tahun 2020.

Di samping itu terjadi peningkatan produktivitas TBS dan CPO masing-masing menjadi 21,07 ton per hektare dan 4,83 ton per hektare, atau masing-masing meningkat 7,18% dan 7,51 persen dari tahun 2020.  Terhadap Harga Pokok Produksi (HPP) komoditi sawit terjadi penurunan dari Rp4.161 per kg menjadi Rp3.956 per kg.

Kondisi tersebut juga didukung oleh realisasi harga jual rata-rata CPO PTPN pada tahun 2021 sebesar Rp11.293 per kg, meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai rata-rata Rp 8.521 per kg. Sehingga berdampak kepada peningkatan pendapatan dan laba korporasi cukup signifikan.

Untuk komoditi karet, realisasi total produksi karet pada tahun 2021 adalah sebesar 171 ribu ton atau meningkat 7,21 persen dibandingkan pada 2020.  Sementara produksi gula pada 2021 adalah 768,6 ribu ton atau meningkat 9,42 persen dari tahun sebelumnya.

“ Program transformasi yang kami lakukan terbukti mampu mengakselerasi peningkatan produksi dan produktivitas komoditi utama PTPN yang berdampak pada semakin baiknya kinerja finansial perusahaan.  Hal ini tidak terlepas juga dari kenaikan harga jual rata-rata komoditi PTPN Group terutama untuk komoditi sawit”, ungkap Ghani.

Dia menegaskan, capaian ini pun tak lepas dari kinerja karyawan yang merupakan tulang punggung pertumbuhan laba perusahaan hingga mampu meraup laba Rp4,64 triliun.

“Tanpa komitmen dan semangat kolaborasi dari manajemen dan karyawan serta dukungan penuh dari pemangku kepentingan utama, PTPN Group tidak akan mampu menjalankan transformasi dan mencetak laba Rp4,64 triliun ini,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya