Konsumsi Pulih, Ekonom: Inflasi Akhir 2022 di Angka 4,2 Persen

Pelanggan belanja harga spesial di Superindo.
Sumber :
  • VIVA/Dusep Malik

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Mei 2022 terjadi inflasi sebesar 0,4 persen. Untuk penyumbang inflasi di bulan Mei utamanya berasal dari tarif angkutan udara, harga telur ayam ras, ikan segar, dan bawang merah.

Kerja Sama Agroteknologi dengan Kerajaan Negeri Pulau Pinang Malaysia, Dave Laksono Sambut Baik

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dari inflasi di Mei 2022 cenderung melandai dibandingkan bulan sebelumnya. Hal itu karena mempertimbangkan seluruh komponen inflasi inti yakni, harga bergejolak dan harga diatur pemerintah cenderung melandai.

“Tingkat inflasi dari awal tahun hingga bulan Mei cenderung didorong oleh peningkatan inflasi sisi supply meskipun inflasi sisi permintaan juga menunjukkan tren kenaikan,” ujar Josua saat dihubungi VIVA, Jumat 3 Mei 2022.

Sri Mulyani Pede Inflasi Melandai di Kuartal-II 2024 Seiring Turunnya Harga Beras

Baca juga: Sindiran BUMN Tak Ikut Formula E, Honorer Dihapus hingga Kateter Urin

Josua memperkirakan, untuk di sisa bulan-bulan berikutnya pada 2022 akan terjadi inflasi di sisi permintaan yang cenderung meningkat seiring dengan pemulihan konsumsi masyarakat. Di mana itu terindikasi dari peningkatan mobilitas masyarakat di tengah pengendalian pandemi COVID-19.

Kenaikan Tarif Cukai Disarankan Moderat Menyesuaikan Inflasi agar Tidak Suburkan Rokok Ilegal

“Selain itu, potensi kenaikan inflasi komponen diatur pemerintah juga cenderung terbatas mengingat pemerintah memastikan akan tetap mempertahankan harga BBM Pertalite, LPG 3 kg, dan tarif listrik untuk pelanggan <3.000VA,” jelasnya.

Josua melanjutkan, untuk inflasi pangan dengan mempertimbangkan tren harga pangan dunia yang cenderung meningkat. Maka diperkirakan akan turut mendorong inflasi domestik, terutama pada komoditas pangan yang tidak sepenuhnya mengandalkan produksi nasional.

“Lebih lanjut, tingkat harga di level produsen serta pedagang eceran yang juga cenderung meningkat juga berpotensi untuk ter-pass through ke konsumen,” ungkapnya.

Ilustrasi berbelanja di toko kelontongan.

Photo :
  • Istimewa

Adapun dengan hal itu Josua memperkiraan secara keseluruhan inflasi hingga akhir tahun diperkirakan akan berkisar di 4,0 persen hingga 4,2 persen secara year on year (yoy).

“Oleh sebab itu, pemerintah perlu memperkuat koordinasi dengan BI melalui forum TPI Nasional dan TPI Daerah dalam rangka mitigasi kenaikan harga dari komoditas pangan utama,” terangnya.

Kemudian pemerintah juga perlu mengantisipasi potensi dari La Nina di tahun ini. Di mana itu juga akan mempengaruhi produksi pangan domestik.

“Terkait dengan kebijakan moneter, normalisasi kebijakan moneter pun juga dapat dipertimbangkan dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi tahun 2022 ini,” jelas Josua.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya