Neraca Perdagangan Juni 2022 Diprediksi Surplus, Ini Penopangnya

Kapal tongkang pengangkut batu bara saat melintas di Sungai Musi, Palembang
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA – Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia akan berlanjut surplus pada Juni 2022. Surplus diproyeksikan mencapai US$2,87 miliar, yang ditopang oleh ekspor dan impor.  

Kenaikan Tarif Cukai Disarankan Moderat Menyesuaikan Inflasi agar Tidak Suburkan Rokok Ilegal

Kepala Ekonom DRI Rima Prama Artha menyebutkan, kinerja surplus tersebut masih akan ditopang oleh ekspor komoditas khususnya batu bara. Kemudian dari pencabutan kebijakan larangan ekspor crude palm oil (CPO) kemungkinan akan berdampak pada kinerja ekspor Juli 2022.

“Surplus neraca perdagangan diperkirakan akan berlanjut pada Juni 2022, diproyeksikan mencapai US$2,87 miliar dengan nilai ekspor dan impor diperkirakan meningkat sebesar 7,24 persen mom dan 8,72 persen mom berturut-turut,” kata Rima dalam laporannya, Selasa 21 Juni 2022.

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Baca juga: Jokowi Ungkap Ngerinya Jika Ekonomi di 60 Negara Ambruk

Rima menjelaskan, pada Mei 2022 neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus sebesar US$2,90 miliar. Dalam hal itu didorong oleh sektor non migas sebesar US$4,75 miliar, tetapi jumlah itu menurun dari April 2022 sebesar US$9,94 miliar.

Mendag Zulhas Tegas Tolak Impor Bawang Merah di Tengah Lonjakan Harga

Sedangkan sektor non migas, tercatat defisit sejumlah US$1,86 miliar turun dari April 2022 yang sebesar US$2,38 miliar. Pemicu penurunan dipengaruhi volume ekspor komoditas utama, yaitu batu bara, besi dan baja, serta CPO.

“Penurunan ekspor CPO terutama disebabkan oleh kebijakan pembatasan ekspor. Di sisi lain, penurunan defisit sektor migas sejalan dengan peningkatan ekspor dan penurunan impor migas,” jelasnya.

Adapun untuk penurunan impor tersebut utamanya disebabkan oleh impor minyak mentah yang sebesar 43,21 persen mom.

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sementara itu, Rima menuturkan pada Idul Fitri telah mendorong inflasi Mei 2022, yang tercatat sebesar 0,40 persen secara month on month (mom) atau 3,55 persen year on year (yoy). Penyebab kenaikan jelasnya didorong oleh kenaikan harga sembako dan harga tiket pesawat.

“Sembako yang harganya naik adalah bawang merah, telur, dan daging ayam. Kenaikan tersebut disebabkan penurunan pasokan, kenaikan harga pakan ayam, dan permintaan yang tinggi,” terangnya.

Kemudian untuk penerbangan, pada Mei 2022 merupakan yang tertinggi selama COVID-19 dengan total jumlah penumpang sebesar 4,9 juta. Faktor penyebab peningkatan karena jelang hari raya Idul Fitri serta pelonggaran protokol kesehatan.

“Kami memproyeksikan inflasi pada Juni 2022 akan mencapai 0,36 persen mom atau 4,09 persen yoy. Kenaikan harga sembako terutama cabai, bawang merah, dan telur, turut menyumbang inflasi,” jelas Rima.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya